Tautan-tautan Akses

Penyair-Aktivis Desak Australia Batalkan Pengoperasian Tambang Batubara Raksasa


ARSIP – Foto yang diambil 8 November 2015 menunjukkan aktivis anti pemanasan global dan penyair Kathy Jetnil-Kijner berjalan di sepanjang pantai saat gelombang surut di Majuro Atoll di Kepulauan Marshall (foto: AP Photo/Rob Griffith, Arsip)
ARSIP – Foto yang diambil 8 November 2015 menunjukkan aktivis anti pemanasan global dan penyair Kathy Jetnil-Kijner berjalan di sepanjang pantai saat gelombang surut di Majuro Atoll di Kepulauan Marshall (foto: AP Photo/Rob Griffith, Arsip)

Salah satu dari aktivitas perubahan iklim yang paling vokal mendesak Australia untuk membatalkan rencana pengoperasian tambang batubara raksasa yang dimiliki India di Queensland.

Kathy Jetnil-Kijiner berasal dari Marshall Islands, seorang penyair dan anak perempuan dari wanita presiden pertama bangsa Mikronesia, yang mengatakan usulan yang diajukan tambang Adani dan emisi dari batubara yang dihasilkannya akan membuat pulau-pulau di Pasifik menjadi lebih rentan terhadap naiknya permukaan air laut.

Proyek Adani di Australia bagian utara akan memasok pembangkit listrik di India dengan cukup batubara untuk memproduksi listrik untuk keperluan hingga 100 juta orang. Apabila rencana ini jadi direalisasikan, tambang ini akan menjadi salah satu tambang batubara terbesar di dunia, dengan tingkat produksi 60 juta ton per tahun.

Para pendukung proyek ini mengatakan tambang ini akan memberi kontribusi bernilai miliaran dolar kepada ekonomi Australia dan menciptakan ribuan lapangan kerja. Australia adalah salah satu eksportir utama batu bara, yang menghasilkan kebutuhan listrik dalam negerinya sendiri.

Namun para aktivis lingkungan mengatakan tambang, yang dimiliki oleh perusahaan India, Adani, akan membawa bencana bagi pulau-pulau yang berada sejajar dengan permukaan air laut di Samudra Pasifik Selatan. Ini adalah argumen yang menjadi andalan bagi Jetnil-Kijiner, seorang aktivis tersohor dari Marshall Islands, sebuah kepulauan dekat khatulistiwa dengan jumlah populasi sekitar 75.000 orang.

Ia mengatakan dampak dari naiknya permukaan air laut yang disebabkan oleh perubahan iklim sudah dirasakan di Pasifik dimana tanaman, rumah, dan bahkan lahan pekuburan dihanyutkan air.

Aktivis lingkungan percaya tambang batubara yang diusulkan di Queensland akan memberi tekanan pada masyarakat yang rentan.

“Saya kira, untuk saya, saya tentunya berpikir bahwa tambang batubara Adani harus dicegah karena apabila disetujui, maka keberadaan tambang itu akan mempengaruhi seluruh negara-negara yang berada di Samudra Pasifik. Maksud saya kenyataannya adalah saya telah menyaksikan sendiri satu pulau hilang, dan kami mengalami banjir akibat pasang naik yang terjadi hingga empat kali dalam setahun yang menghancurkan rumah-rumah orang. Banyak orang yang telah mengungsi, jadi keadaannya mendasak, keadaannya menyedihkan. Saya kira penting sekali bagi kita untuk tidak menambah jumlah tambang batu bara. Keputusan ini akan membuat perbedaan yang besar,” ujarnya.

Itu adalah pidato Kathy Jetnil-Kijiner pada forum Pertemuan Puncak PBB tentang Cuaca di tahun 2014 yang mendapat perhatian luas atas keaktifan dan puisinya. Ia berbicara tentang bahaya pada lingkungan yang dihadapi oleh Kepulauan Marshall dan bangsa-bangsa Pasifik lainnya.

Pidatonya ditulis sebagai sebuah janji untuk anak perempuannya bahwa dunia akan mengambil tindakan terkait perubahan iklim.

Empat tahun kemudian, kampanyenya masih berlangsung.

Pemerintah Australia telah mendukung pembukaan tambang milik Adani. Menteri Sumberdaya Federal, Matt Canavan, telah menyampaikan kepada kalangan aktivis anti batubara bahwa tanpa bahan bakar fosil “ratusan juta orang” di seluruh dunia akan jatuh ke jurang kemiskinan. Canavan menyatakan industri sumberdaya global “belum pernah sepenting seperti sekarang.” [ww]

XS
SM
MD
LG