Polisi antiteror terus memburu para anggota jaringan teroris di Solo yang belum tertangkap. Dalam sepekan terakhir sekitar 11 orang yang diduga kuat terlibat aksi terorisme di Solo tertangkap beserta barang bukti belasan bom rakitan dan bahan baku pembuatan bahan peledak.
Kepala satuan Intelijen Kepolisian di Solo, Fahruddin, dihadapan puluhan jurnalis di Solo mengatakan temuan bom rakitan di lokasi penggerebekan,sebagian diledakkan di lokasi karena dianggap membahayakan warga sekitar. Dari 5 lokasi yang digerebek, polisi antiteror menemukan belasan bom rakitan siap ledak.
“Memang betul serangkaian penangkapan di beberapa lokasi yang menjadi target, polisi anti teror mengamankan bom rakitan dan bahan baku pembuatan peledak. Benda itu sangat berbahaya bentuknya, karena berupa bom cairan itu, akhirnya diledakkan di lokasi tersebut. Dahsyatnya seperti apa, ternyata begitu ngerinya..termasuk saat ini yang masih diamankan untuk diteliti lebih lanjut.. Kita masih mencari lokasi lapang yang bisa dipakai untuk meledakkan bom cairan tersebut..kita tidak mau bom cairan ini membahayakan masyarakat..bom tersebut semula rencana akan digunakan untuk menyerang polisi yang dianggap musuh kelompok tersebut,” ujar Fahruddin.
Sementara itu, dari pantauan di berbagai lokasi di Solo, aktifitas warga Solo berlangsung normal pasca penangkapan para pelaku dan penemuan bom rakitan di Solo. Pusat perekonomian seperti pasar tradisional, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan sebagainya tetap buka seperti biasa. Walikota Solo, Joko Widodo, mengatakan warga Solo tidak terpengaruh dengan aksi terorisme yang sedang marak terjadi di Solo.
“Semua sudah kita serahkan ke aparat keamanan..biarkan polisi bekerja ..semua sudah diatasi aparat keamanan..percayalah pada kinerja aparat..warga bekerja seperti biasa, bukti tak ada pengaruhnya..ya yang penting warga tetap tenang dan waspada..bekerja atau beraktivitas seperti biasa…warga kota Surakarta sudah dewasa mensikapi hal seperti ini..warga semakin lama, semakin belajar dari pertiwa-peristiwa terorisme yang terjadi di kota ini..kapan kita harus bereaksi dan akapan kita tidak bereaksi..warga semua sudah menegerti dan memahami situasi dan kondisi seperti ini.,” papar Joko Widodo.
Penggerebekan terakhir terjadi Minggu (23/9) kemarin di kampung Brengosan, Purwosari. Polisi menangkap seornag residivis kasus terorisme, Joko Tri alias Joko Jihad yang pernah terbukti menjadi tim pelindung dan menyembunyikan gembong teroris Noordin M Top tahun 2006-2009 silam di Solo.
Polisi menemukan bahan peledak di lokasi tersebut. Kemudian polisi menyisir kawasan Ngruki, Grogol, Sukoharjo untuk mengungkap penyimpanan bahan peledak di rumah salah satu orang yang sudah ditangkap sebelumnya.
Sehari sebelumnya, Sabtu (22/9) Polisi antiteror menggrebek dan menangkap 8 orang jaringan teroris di lokasi lainnya di Solo. Lokasi tersebut yaitu Griyan Pajang Laweyan, Kentingan Jebres, dan Gemblegan Serengan.
Dari sebagian lokasi tersebut polisi menyita belasan bom rakitan berbentuk bom cair dari nitrogliserin dan bahan baku pembuatan bahan peledak antara lain serbuk potasium, cairan nitrogliserin, serbuk belerang, pupuk urea, dan 11 rangkaian detonator bom.
Kepala satuan Intelijen Kepolisian di Solo, Fahruddin, dihadapan puluhan jurnalis di Solo mengatakan temuan bom rakitan di lokasi penggerebekan,sebagian diledakkan di lokasi karena dianggap membahayakan warga sekitar. Dari 5 lokasi yang digerebek, polisi antiteror menemukan belasan bom rakitan siap ledak.
“Memang betul serangkaian penangkapan di beberapa lokasi yang menjadi target, polisi anti teror mengamankan bom rakitan dan bahan baku pembuatan peledak. Benda itu sangat berbahaya bentuknya, karena berupa bom cairan itu, akhirnya diledakkan di lokasi tersebut. Dahsyatnya seperti apa, ternyata begitu ngerinya..termasuk saat ini yang masih diamankan untuk diteliti lebih lanjut.. Kita masih mencari lokasi lapang yang bisa dipakai untuk meledakkan bom cairan tersebut..kita tidak mau bom cairan ini membahayakan masyarakat..bom tersebut semula rencana akan digunakan untuk menyerang polisi yang dianggap musuh kelompok tersebut,” ujar Fahruddin.
Sementara itu, dari pantauan di berbagai lokasi di Solo, aktifitas warga Solo berlangsung normal pasca penangkapan para pelaku dan penemuan bom rakitan di Solo. Pusat perekonomian seperti pasar tradisional, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan sebagainya tetap buka seperti biasa. Walikota Solo, Joko Widodo, mengatakan warga Solo tidak terpengaruh dengan aksi terorisme yang sedang marak terjadi di Solo.
“Semua sudah kita serahkan ke aparat keamanan..biarkan polisi bekerja ..semua sudah diatasi aparat keamanan..percayalah pada kinerja aparat..warga bekerja seperti biasa, bukti tak ada pengaruhnya..ya yang penting warga tetap tenang dan waspada..bekerja atau beraktivitas seperti biasa…warga kota Surakarta sudah dewasa mensikapi hal seperti ini..warga semakin lama, semakin belajar dari pertiwa-peristiwa terorisme yang terjadi di kota ini..kapan kita harus bereaksi dan akapan kita tidak bereaksi..warga semua sudah menegerti dan memahami situasi dan kondisi seperti ini.,” papar Joko Widodo.
Penggerebekan terakhir terjadi Minggu (23/9) kemarin di kampung Brengosan, Purwosari. Polisi menangkap seornag residivis kasus terorisme, Joko Tri alias Joko Jihad yang pernah terbukti menjadi tim pelindung dan menyembunyikan gembong teroris Noordin M Top tahun 2006-2009 silam di Solo.
Polisi menemukan bahan peledak di lokasi tersebut. Kemudian polisi menyisir kawasan Ngruki, Grogol, Sukoharjo untuk mengungkap penyimpanan bahan peledak di rumah salah satu orang yang sudah ditangkap sebelumnya.
Sehari sebelumnya, Sabtu (22/9) Polisi antiteror menggrebek dan menangkap 8 orang jaringan teroris di lokasi lainnya di Solo. Lokasi tersebut yaitu Griyan Pajang Laweyan, Kentingan Jebres, dan Gemblegan Serengan.
Dari sebagian lokasi tersebut polisi menyita belasan bom rakitan berbentuk bom cair dari nitrogliserin dan bahan baku pembuatan bahan peledak antara lain serbuk potasium, cairan nitrogliserin, serbuk belerang, pupuk urea, dan 11 rangkaian detonator bom.