Penyelidikan surat kabar the New York Times menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru tentang pembunuhan Duta Besar Amerika Untuk Libya Christopher Stevens dan tiga warga Amerika lainnya pada tanggal 11 September 2012.
The New York Times mengatakan pihaknya telah menghabiskan waktu beberapa bulan untuk berbicara dengan warga Libya di Benghazi yang tahu persis tentang serangan terhadap konsulat Amerika di Benghazi dan kondisi di sekitarnya. Tidak ada seorang nara sumber pun yang membuktikan bahwa Al Qaida berada di balik serangan itu.
Temuan the New York Times semakin memanaskan debat partisan di Washington tentang tanggapan pemerintah Obama terhadap pembunuhan tersebut.
Laporan itu mengatakan serangan tersebut dipimpin oleh beberapa pemberontak lokal yang telah mengambil manfaat dari dukungan NATO ketika terjadinya pergolakan menentang pemimpin Libya Moammar Gadhafi. Menurut surat kabar tersebut peningkatan serangan itu sebagian dipicu oleh kemarahan akibat sebuah video amatir yang dibuat di Amerika yang dinilai menghina Islam.
Temuan itu tampaknya mendukung pernyataan Susan Rice, Duta Besar Amerika untuk PBB pada saat itu yang disampaikan dalam talk show di stasiun televisi lima hari setelah insiden tersebut.
"Beberapa anggota Kongres, terutama Partai Republik yang beroposisi, menuduh bahwa serangan itu bukan merupakan reaksi spontan terhadap video terebut, melainkan serangan terencana oleh kelompok-kelompok teroris yang ditutup-tutupi oleh Gedung Putih" ujar Rice.
Senator Lindsey Graham dan John McCain dari faksi Republik yang mempertanyakan insiden tersebut pada Susan Rice beberapa hari kemudian mengatakan tidak puas dengan jawaban-jawabannya.
Graham mengatakan,"Perdebatan tentang insiden di Benghazi berlangsung intensif beberapa pekan menjelang pemilu presiden bulan November 2012. Presiden Barack Obama mengatakan pada masa jabatan keduanya ia semula mempertimbangkan untuk menunjuk Susan Rice guna menggantikan Hillary Clinton sebagai menteri luar negeri. Namun meningkatnya kecaman membuat nama Susan Rice tidak lagi dipertimbangkan.
Sementara itu Hillary Clinton menanggapi dengan marah pernyataan dari beberapa senator tentang apa yang terjadi di Benghazi.
"Menurut penyelidikan the New York Times, ancaman-ancaman dari kelompok militan lokal telah meningkat di seluruh Timur Tengah dan fokus untuk memerangi Al Qaida mungkin telah mengacaukan Amerika untuk melindungi kepentingannya sendiri."
Laporan itu diterbitkan beberapa jam setelah Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan pemerintah Libya membebaskan empat personil militer Amerika yang sebelumnya ditangkap. Juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan keempatnya telah dibawa ke sebuah penjara di dekat Sabratha tempat mereka ikut serta dalam “upaya persiapan keamanan.”
The New York Times mengatakan pihaknya telah menghabiskan waktu beberapa bulan untuk berbicara dengan warga Libya di Benghazi yang tahu persis tentang serangan terhadap konsulat Amerika di Benghazi dan kondisi di sekitarnya. Tidak ada seorang nara sumber pun yang membuktikan bahwa Al Qaida berada di balik serangan itu.
Temuan the New York Times semakin memanaskan debat partisan di Washington tentang tanggapan pemerintah Obama terhadap pembunuhan tersebut.
Laporan itu mengatakan serangan tersebut dipimpin oleh beberapa pemberontak lokal yang telah mengambil manfaat dari dukungan NATO ketika terjadinya pergolakan menentang pemimpin Libya Moammar Gadhafi. Menurut surat kabar tersebut peningkatan serangan itu sebagian dipicu oleh kemarahan akibat sebuah video amatir yang dibuat di Amerika yang dinilai menghina Islam.
Temuan itu tampaknya mendukung pernyataan Susan Rice, Duta Besar Amerika untuk PBB pada saat itu yang disampaikan dalam talk show di stasiun televisi lima hari setelah insiden tersebut.
"Beberapa anggota Kongres, terutama Partai Republik yang beroposisi, menuduh bahwa serangan itu bukan merupakan reaksi spontan terhadap video terebut, melainkan serangan terencana oleh kelompok-kelompok teroris yang ditutup-tutupi oleh Gedung Putih" ujar Rice.
Senator Lindsey Graham dan John McCain dari faksi Republik yang mempertanyakan insiden tersebut pada Susan Rice beberapa hari kemudian mengatakan tidak puas dengan jawaban-jawabannya.
Graham mengatakan,"Perdebatan tentang insiden di Benghazi berlangsung intensif beberapa pekan menjelang pemilu presiden bulan November 2012. Presiden Barack Obama mengatakan pada masa jabatan keduanya ia semula mempertimbangkan untuk menunjuk Susan Rice guna menggantikan Hillary Clinton sebagai menteri luar negeri. Namun meningkatnya kecaman membuat nama Susan Rice tidak lagi dipertimbangkan.
Sementara itu Hillary Clinton menanggapi dengan marah pernyataan dari beberapa senator tentang apa yang terjadi di Benghazi.
"Menurut penyelidikan the New York Times, ancaman-ancaman dari kelompok militan lokal telah meningkat di seluruh Timur Tengah dan fokus untuk memerangi Al Qaida mungkin telah mengacaukan Amerika untuk melindungi kepentingannya sendiri."
Laporan itu diterbitkan beberapa jam setelah Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan pemerintah Libya membebaskan empat personil militer Amerika yang sebelumnya ditangkap. Juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan keempatnya telah dibawa ke sebuah penjara di dekat Sabratha tempat mereka ikut serta dalam “upaya persiapan keamanan.”