Cabang al-Qaida di Yaman telah secara resmi mengaku bertanggungjawab atas serangan pekan lalu terhadap Charlie Hebdo, dengan mengatakan itu merupakan aksi balasan karena majalah satir Perancis itu menampilkan kartun Nabi Muhammad.
Charlie Hebdo secara reguler menampilkan artikel-artikel atau kartun-kartun bernuansa anti-agama dan telah beberapa kali menampilkan ilustrasi yang menggambarkan Nabi Muhammad, sebuah tindakan yang banyak dipandang Muslim sebagai menghujat.
Pada hari Rabu (14/1), majalah itu merilis edisi pertamanya sejak serangan itu dengan sampul yang menampilkan kartun Nabi Muhammad sedang menangis disertai kata-kata “Semua dimaafkan”. Edisi itu diperdagangkan di berbagai penjuru Perancis.
Dalam sebuah video yang diposkan online, Rabu, seorang pria yang mengindentifikasikan diri sebagai Nasr al-Ansi, pemimpin tertinggi al-Qaida di Semenanjung Arab, mengatakan, kelompoknya merencanakan dan mendanai serangan terhadap Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang.
Polisi Perancis menewaskan para penyerang Charlie Hebdo, Said dan Cherif Kouachi hari Jumat (9/1), pada hari yang sama seorang militan Islamis lainnya, Amedy Coulibaly, menewaskan empat orang Yahudi di sebuah super market halal di bagian timur Paris sebelum akhirnya dibunuh polisi. Coulibaly juga membunuh seorang polisi perempuan Perancis sehari sebelumnya.
Pemimpin al-Qaida di Yaman itu mengatakan Coulibaly tidak beroperasi sebagai bagian dari kelompoknya dan tindakannya itu hanya sebuah kebetulan.
Sementara itu, pelawak Perancis Dieudonne Rabu ditangkap karena membela terorisme, setelah memasang pernyataan di media sosial yang tampaknya mendukung para penyerang pekan lalu. Dieudonne dikenal karena sikapnya yang blak-blakan di masa lalu, terutama karena mempopulerkan sebuah gerakan tangan yang oleh sebagian orang dianggap anti-Semitisme atau anti-Yahudi karena menyerupai tanda salut Nazi.
Di Turki, hari Rabu polisi menjaga kantor surat kabar sekuler Cumhuriyet, setelah menyisipkan empat halaman yang menampilkan beberapa kartun dan tajuk rencana yang dimuat dalam edisi Charlie Hebdo.
Sementara itu, edisi pertama Charlie Hebdo sejak pembantaian di kantor majalah satir Perancis itu terjual habis dengan cepat di Perancis, sementara kecaman muncul dari beberapa negara menentang ilustrasi gambar Nabi Muhammad di sampulnya.
Media Turki melaporkan, polisi, Rabu, menyerbu perusahaan percetakan sewaktu bersiap merilis edisi baru itu.
Menurut Hurriyet Daily News, pihak berwenang mengizinkan distribusi edisi yang disensor itu setelah memastikan tidak ada gambar kartun Nabi Muhammad ditampilkan.
Beberapa ulama Muslim, termasuk Mufti Agung Yerusalem juga mengritik isu terbaru majalah itu.
Muhammad Ahmad Hussein mengutuk serangan teror pekan lalu di Paris, di mana 17 orang tewas oleh tiga orang yang mengaku bagian dari kelompok militan Islamis. Namun, ia juga mengecam majalah itu karena gambar sampulnya menurutnya menghina ummat Muslim di seluruh dunia.