Tautan-tautan Akses

Isu Iklim

'Alam Sedang Menghukum Kita': Kekeringan Ancam Petani dan Peternak Lebah Meksiko

Pemandangan dari pesawat nirawak tampak bendungan Las Lajas yang kering dan dipenuhi bangka ribuan ikan yang mati akibat kekeringan parah di Buenaventura, negara bagian Chihuahua, Meksiko, 23 Agustus 2024. (Foto: Jose Luis Gonzalez/Reuters)
Pemandangan dari pesawat nirawak tampak bendungan Las Lajas yang kering dan dipenuhi bangka ribuan ikan yang mati akibat kekeringan parah di Buenaventura, negara bagian Chihuahua, Meksiko, 23 Agustus 2024. (Foto: Jose Luis Gonzalez/Reuters)

Di negara bagian Chihuahua di wilayah utara Meksiko, penduduk dan petani dengan cemas menunggu awan yang membawa hujan untuk mengisi kembali bendungan, sumur air, dan laguna yang kering. Namun, penantian mereka selama ini sia-sia.

Negara bagian terbesar di Meksiko ini memiliki iklim yang kering atau semi-kering pada musim-musim terbaik. Akan tetapi, wilayah tersebut saat ini menghadapi tingkat curah hujan yang sangat rendah dalam beberapa tahun terakhir. Di dekat kota Buenaventura, bendungan Las Lajas hampir kosong dan air yang tersisa dipenuhi oleh ikan mati.

"Situasinya suram." kata Rogelio Pacheco Flores, kepala kotamadya Buenaventura. "Bendungan ini dapat dikatakan sudah tidak lagi memiliki air. Kami melihat kehancuran total, kenyataannya alam sedang menghukum kami."

Sapi-sapi dari peternakan terdekat datang untuk menyejukkan diri di lumpur basah yang tersisa, tetapi bendungan yang jebol mengakibatkan banyak petani menderita karena mereka tidak dapat mengairi tanaman mereka.

Pada musim tanam sebelumnya, sumur-sumur membantu mengairi lahan. Namun, di tengah kekeringan, para petani memutuskan untuk membiarkan lahan mereka tidak ditanami atau menggunakan air yang pasokannya sangat langka itu untuk menjaga agar rumpun pohon kenari yang sudah lama ada, tidak mati.

"Ketinggian sumur pertanian kami menyusut," kata petani setempat Angel Rueda Solorio. "Kami tidak dapat lagi menanam tanaman karena kekurangan air. Kami sudah mengalami beberapa tahun, mungkin dua tahun berturut-turut tidak mendapat hujan."

Para peternak lebah bekerja di sebuah peternakan lebah di mana ratusan lebah mati akibat kemarau panjang di Meoqui, negara bagian Chihuahua, Meksiko, 24 Agustus 2024. (Foto: Jose Luis Gonzalez/Reuters)
Para peternak lebah bekerja di sebuah peternakan lebah di mana ratusan lebah mati akibat kemarau panjang di Meoqui, negara bagian Chihuahua, Meksiko, 24 Agustus 2024. (Foto: Jose Luis Gonzalez/Reuters)

Peternak lebah lokal juga terkena dampaknya. Lebah-lebah mati dalam jumlah besar karena kurangnya hujan telah mengurangi mekarnya bunga liar secara drastis. Akibatnya, lebah mencari serbuk sari di lahan-lahan pertanian, di mana herbisida dan hama lainnya bisa membunuh mereka.

"Saat ini, nyaris tidak ada tumbuhan di lanskap tersebut karena kekeringan," kata Adan Rascon Ramos, seorang peternak lebah yang telah 30 tahun beternak lebah di daerah tersebut.

Karena permukaan air telah menurun, aktivitas pariwisata lokal menjadi sepi. Begitu pula dengan penangkapan ikan, sehingga para produsen berharap bahwa kondisi akan membaik dalam beberapa bulan ke depan.

"Saya sudah bekerja selama setahun di bendungan ini dan saya lihat jumlah orang yang datang untuk berjalan-jalan di sekitar bendungan ini telah menurun sejak tahun lalu," kata Daniel Alberto Rubi, seorang nelayan yang menyediakan tur perahu bagi pengunjung."

"Tahun ini keadaannya menjadi sangat kering. Bendungan hanya tersisa 20 persen dari kapasitas aslinya dan angka tersebut terus menyusut." [rz/ft]

See all News Updates of the Day

Kebakaran Hutan Landa Komunitas Pegunungan California 

Sejumlah petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang berkobar di dekat wilayah perumahan warga di Wrightwood, California, pada 10 September 2024. (Foto: AP/Jae C. Hong)
Sejumlah petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang berkobar di dekat wilayah perumahan warga di Wrightwood, California, pada 10 September 2024. (Foto: AP/Jae C. Hong)

Kebakaran besar hutan melanda komunitas pegunungan Wrightwood di California Selatan pada Rabu (11/9). Pihak berwenang mengimbau penduduk agar meninggalkan barang-barang mereka dan keluar dari kota tersebut.

Sebagian orang mematuhi perintah evakuasi itu yang dikeluarkan untuk komunitas berpenduduk sekitar 4.500 orang di wilayah Pegunungan San Gabriel di sebelah timur Los Angeles. Kebakaran yang disebut Bridge Fire itu telah membesar 10 kali lipat dalam sehari dan membakar wilayah seluas 194 km2 hingga Rabu dini hari. Bridge Fire kini menjadi kebakaran hutan terbesar dari tiga kebakaran hutan besar yang terjadi di California Selatan, membahayakan puluhan ribu rumah dan bangunan lainnya.

Api berkobar selama gelombang panas dengan suhu sekitar 40 derajat Celcius. Suhu akhirnya turun pada Rabu, membuat petugas pemadam kebakaran berhasil memadamkan api.

Kebakaran besar lain terjadi di wilayah Barat, mencakup Idaho, Oregon, dan Nevada. Sekitar 20.000 orang harus mengungsi di luar Reno. [ka/ab]

Korban Tewas Topan Yagi di Vietnam Bertambah Jadi 141 Orang

Seorang pria berdiri di Jembatan Long Bien Bridge dan mengamati rumah-rumah yang sebagian terendam air banjir setelah disapu Topan Yagi di Hanoi, Vietnam, Selasa, 10 September 2024. (Foto: Nhac Nguyen/AFP)
Seorang pria berdiri di Jembatan Long Bien Bridge dan mengamati rumah-rumah yang sebagian terendam air banjir setelah disapu Topan Yagi di Hanoi, Vietnam, Selasa, 10 September 2024. (Foto: Nhac Nguyen/AFP)

Pemerintah Vietnam mengatakan, Rabu (11/9), bahwa korban tewas akibat Topan Yagi telah meningkat menjadi 141 orang. Pemerintah juga memperingatkan bahwa air banjir menyebabkan debit air Sungai Merah naik dengan cepat dan mengancam akan menggenangi distrik-distrik pusat kota di Hanoi, ibu kota Vietnam.

Hujan lebat yang disebabkan oleh Topan Yagi telah memicu tanah longsor dan banjir mematikan di seluruh Vietnam utara, menewaskan 141 orang dan 59 lainnya hilang, kata badan penanggulangan bencana. Properti juga mengalamai kerusakan parah. Bisnis dan industri juga terganggu.

Laporan media pemerintah pada Selasa (10/9) malam mengatakan permukaan air Sungai Merah di Hanoi naik 10 sentimeter setiap jam.

Beberapa sekolah di Hanoi telah memerintahkan siswanya untuk tinggal di rumah selama sisa minggu ini karena kekhawatiran akan banjir, sementara ribuan penduduk yang tinggal di daerah dataran rendah telah dievakuasi, menurut sumber, pemerintah dan media pemerintah. [ft/rs]

Brazil Dilanda Kekeringan Terburuk dalam Lebih 70 Tahun

Pemandangan dari atas yang menunjukkan kekeringan yang melanda Sungai Madeira di wilayah Reis Santo Vieira da Silva, Brazil, pada 7 September 2024. (Foto: Reuters/Bruno Kelly)
Pemandangan dari atas yang menunjukkan kekeringan yang melanda Sungai Madeira di wilayah Reis Santo Vieira da Silva, Brazil, pada 7 September 2024. (Foto: Reuters/Bruno Kelly)

Brazil mengalami kekeringan terburuk sejak pengukuran nasional dimulai lebih dari 70 tahun lalu. Data menunjukkan bahwa hingg 59% wilayah negara itu, atau setara dengan setengah dari luas Amerika Serikat, mengalami tekanan.

Sungai-sungai utama di lembah Amazon mencatat titik terendah dalam sejarah, dan telah menelantarkan puluhan komunitas, seperti Kota Coari, di negara bagian Amazonas.

Penduduk Coari kesulitan mendapatkan pangan, air, dan obat-obatan, karena akses utama ke kota itu melalui air.

Rita Gomes, salah seorang warga, telah tinggal di sebuha rumah terapung di pinggiran Sungai Solimoes selama 24 tahun. Ia kini perlu berjalan di atas area sungai yang mengering untuk mengambil barang-barang yang tiba bagi para warga di Coari.

"Sangat berbahaya jika [kita] terjatuh di lumpur, karena kadang-kadang terdapat ikan pari yang terjebak di sungai, sehingga kami berjalan perlahan melewatinya," ujar Gomes.

Kekeringan bukan satu-satunya masalah yang melanda negara di selatan Amerika itu.

Sejak awal tahun hingga 8 September, Brazil mencatat hampir 160.000 kebakaran, tahun terburuk sejak 2010.

Umumnya kebakaran itu disebabkan ulah manusia sebagai bagian dari proses penggundulan hutan atau pembersihan padang rumput dan lahan pertanian.

Sejauh ini, area seluas Italia telah terbakar di Brazil, dan asap semakin menyulitkan perjalanan melintasi sungai-sungai.

“Kekeringan ini benar-benar merugikan kami,” kata petani Isabel Lima sewaktu ia hendak meninggalkan perahunya.

Ketinggian air sungai mencatat titik terendah dalam sejarah dan hujan lebat diperkirakan baru akan turun Oktober mendatang. [ka/jm]

Kebakaran Semak di California Selatan Lalap Ratusan Hektare Lahan

Petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kebakaran Boyles di Clearlake, California, Minggu, 8 September 2024. (Noah Berger/AP)
Petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kebakaran Boyles di Clearlake, California, Minggu, 8 September 2024. (Noah Berger/AP)

Kebakaran semak yang terjadi bagian selatan California, Senin (9/9) telah dengan cepat meluas ke ratusan hektare lahan dan memicu dikeluarkannya perintah evakuasi wajib.

Stasiun televisi KABC yang berbasis di Los Angeles mengatakan para petugas dari kantor polisi setempat mendatangi rumah-rumah di Trabuco Canyon untuk memberlakukan perintah tersebut.

Sejumlah petugas pemadam menggunakan pesawat udara, helikopter dan buldoser untuk memadamkan kobaran api yang menjalar cepat di dekat sebuah bandara untuk pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh di Orange County, di sebelah tenggara Los Angeles.

KABC mengatakan kebakaran di bandara itu disebabkan oleh percikan api dari peralatan berat yang digunakan para petugas pekerjaan umum untuk mendirikan barikade ke area dengan vegetasi kering.

Sementara itu, kebakaran hutan di sebelah timur Los Angeles akibat suhu panas menyengat selama berhari-hari terakhir ini juga terus meluas.

Ribuan rumah dan bangunan komersial terancam hangus sewaktu kebakaran yang disebut “Line Fire” itu terjadi di pinggiran kawasan Hutan Nasional San Bernardino, sekitar 105 kilometer sebelah timur Los Angeles.

Hingga Senin pagi, kebakaran tersebut telah menghanguskan sekitar 83 kilometer persegi kawasan rumput dan semak, dan menyelimuti area itu dengan gumpalan asap hitam tebal. Sejauh ini baru tiga persen kebakaran yang dapat ditanggulangi. [uh/em]

Kelompok HAM: Kolombia Jadi Negara Paling Mematikan Bagi Aktivis Lingkungan pada 2023

Seorang pria tampak berada di gudang yang menyimpan kayu-kayu hasil penebangan ilegal di Socorro, Kolombia, pada 3 Desember 2023. (Foto: AFP/Juan Barreto)
Seorang pria tampak berada di gudang yang menyimpan kayu-kayu hasil penebangan ilegal di Socorro, Kolombia, pada 3 Desember 2023. (Foto: AFP/Juan Barreto)

Kolombia, negara tuan rumah konferensi keanekaragaman hayati Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP16) tahun ini, adalah negara paling mematikan bagi para aktivis lingkungan dan pembela hak atas tanah pada tahun 2023. Hal tersebut terbukti dari data yang menunjukkan sebanyak 79 aktivis lingkungan tewas di negara tersebut pada 2023, menurut kelompok advokasi Inggris Global Witness.

Jumlah aktivis lingkungan yang terbunuh merupakan jumlah tertinggi yang pernah dicatat Global Witness untuk satu negara dalam kurun waktu satu tahun sejak lembaga tersebut mulai memantau kasus pembunuhan terhadap aktivis pada tahun 2012, demikian ungkap laporan tahunan lembaga itu yang diterbitkan pada Senin (9/9).

"Angka tersebut benar-benar mengerikan" kata Laura Furones, penasihat senior kampanye pembela tanah dan lingkungan Global Witness, seraya menambahkan bahwa temuan laporan tersebut konservatif dan angka-angka tersebut kemungkinan tidak lengkap.

Secara global, 196 aktivis lingkungan dan tanah terbunuh pada tahun 2023, kata Global Witness, dengan Amerika Latin memimpin secara persentase dengan jumlah pembunuhan terbanyak, yakni sebesar 85%.

Temuan di Kolombia sangat kontras dengan janji pemerintah Presiden Gustavo Petro, yang menjabat sejak tahun 2022 dan telah berjanji untuk mengakhiri konflik selama 60 tahun di negara tersebut dan mengejar keadilan lingkungan bagi masyarakat.

Proses perdamaian dengan berbagai kelompok bersenjata yang terkadang terlibat dalam pembunuhan aktivis lingkungan telah tersendat. Selain itu, meskipun deforestasi turun ke titik terendah dalam 23 tahun terakhir pada tahun lalu, kementerian lingkungan hidup telah memperingatkan akan adanya peningkatan pada tahun 2024.

"Sangat tidak terhormat" menduduki puncak daftar Global Witness, kata pemerintah Kolombia dalam sebuah pernyataan pada Senin (9/9) malam.

"Pemerintah Kolombia menyadari situasi serius yang bersumber dari konflik sosial-ekologis yang terkait dengan perdagangan narkoba, praktik ekstraktif yang terkait dengan ekonomi gelap, dan konfigurasi ulang konflik bersenjata," tambah pemerintah.

Kolombia juga merupakan negara paling mematikan bagi para pencinta lingkungan pada tahun 2022, menurut Global Witness. Tercatat sedikitnya 60 orang tewas.

"Angka tersebut sangat memalukan bagi kami di negara ini" kata Astrid Torres, koordinator Somos Defensores, sebuah kelompok hak asasi manusia Kolombia. Torres mengatakan masalah tersebut bukan hanya tanggung jawab pemerintah yang sedang berkuasa, tetapi juga lembaga negara, seperti jaksa penuntut dan juga pemerintah daerah.

Seorang juru bicara pemerintah Kolombia mengatakan pihaknya sedang berupaya memberikan tanggapan.

Tahun lalu, investigasi Reuters menemukan bahwa pembunuhan aktivis lingkungan di Kolombia mengakibatkan efek negatif jangka panjang terhadap konservasi, dan beberapa kota tempat aktivis terbunuh mengalami lonjakan signifikan dalam deforestasi.

Pada acara peluncuran agenda COP 16 di Bogota pada bulan Juli, wakil presiden Kolombia, Francia Marquez, pemenang hadiah Goldman Environmental untuk aktivisme pada tahun 2018, mengatakan konferensi tersebut akan menghormati mereka yang terbunuh.

"Hati saya dipenuhi emosi saat melihat mimpi yang telah digaungkan selama bertahun-tahun oleh para aktivis lingkungan, banyak di antaranya yang tidak bersama kita saat ini, yang sayangnya dibunuh di negara kita" katanya. "Acara global ini merupakan penghormatan bagi suara-suara tersebut." [rz/rs]

Tunjukkan lebih banyak

XS
SM
MD
LG