Pekerja bantuan di kota Aleppo, Suriah, yang hancur mengatakan pemerintah Suriah dan sekutu-sekutu Rusia meningkatkan serangan bom mereka di bagian timur kota yang dikuasai pemberontak itu hari Senin (26/9), menewaskan hampir 100 orang pada hari ke empat terjadinya kekacauan dan kematian.
Petugas bantuan dari Masyarakat Misionaris Anglikan menulis di Twitter bahwa korban tewas termasuk anak-anak. Mereka juga mengatakan petugas medis dan rumah sakit "kewalahan," tanpa tambahan kiriman pasokan.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, menanggapi laporan itu, mengatakan pemerintah Presiden Bashar al-Assad di Suriah dan Rusia serta sekutu-sekutunya "tampaknya berniat merebut Aleppo dan sedang dalam proses menghancurkannya."
Kerry juga mengabaikan laporan televisi dari Damaskus yang mengutip seorang diplomat Suriah yang mengatakan bahwa pemerintah Assad siap untuk ikut dalam koalisi persatuan.
"Sambil mereka menggempur Aleppo, menjatuhkan bom sembarangan, membunuh perempuan dan anak-anak, akan sulit untuk bicara tentang pemerintah persatuan," kata Kerry dari kota Kartagena, Kolombia.
Para pemantau dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan hampir 250 orang tewas di Aleppo dan daerah-daerah terpencil karena gencatan senjata yang rentan gagal awal bulan ini.
Gencatan senjata tersebut, yang dirundingkan oleh diplomat Rusia dan Amerika, dilakukan untuk memungkinkan para petugas bantuan membagikan makanan yang sangat dibutuhkan dan obat-obatan bagi ratusan ribu warga sipil yang terputus dari pengiriman pasokan.
Namun para pengamat, mengacu pada pemboman yang mematikan konvoi bantuan pekan lalu di dekat Aleppo, mengatakan bahwa gencatan senjata itu telah gagal hampir sejak awal. [sp/isa]