Ukraina mengatakan Rabu (9/3) bahwa aliran listrik di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Chernobyl yang dikuasi Rusia, padam. Meski demikian Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA), Rabu (9/3), memastikan "tidak ada dampak kritis terhadap keselamatan.”
IAEA juga mengatakan transmisi data di PLTN terbesar di Eropa, Zaporizhzhia, hilang. PLTN tersebut juga dikuasai Rusia.
Pasukan Rusia menembaki dan merebut pembangkit Zaporizhzhia pada 4 Maret, menyebabkan kebakaran yang menimbulkan kekhawatiran di Eropa tentang kemungkinan bencana nuklir.
Kantor berita AFP melaporkan, pada saat Rusia menginvasi Ukraina, pasukannya merebut pembangkit Chernobyl yang sudah tidak beroperasi. Reaktor tersebut mengalami ledakan besar pada 1986 yang menewaskan ratusan orang dan menyebarkan kontaminasi radioaktif ke barat di seluruh Eropa.
Pada Rabu (8/3), operator energi Kyiv, Ukrenergo, mengatakan di Facebook bahwa stasiun "terputus sepenuhnya dari jaringan listrik.”
IAEA mengatakan dalam sebuah tweet bahwa sementara pengembangan itu "melanggar pilar keselamatan utama", tetapi dalam hal ini mereka melihat "tidak ada dampak kritis pada keselamatan.”
IAEA juga menyuarakan keprihatinan bagi staf yang bekerja di bawah penjagaan Rusia di lokasi tersebut.
Situasi staf di Chernobyl "memburuk", katanya, mengutip regulator nuklir Ukraina.
Pembangkit tersebut berada di dalam zona eksklusi yang menampung reaktor yang dinonaktifkan serta fasilitas limbah radioaktif.
Lebih dari 2.000 staf masih bekerja di pabrik karena membutuhkan manajemen yang konstan untuk mencegah bencana nuklir lainnya.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mencuit pada Rabu (8/3) bahwa "generator diesel cadangan memiliki kapasitas 48 jam untuk mengoperasikan" pembangkit tersebut. Namun ia menambahkan bahwa "setelah itu, sistem pendingin fasilitas penyimpanan untuk bahan bakar nuklir bekas akan berhenti".
Ukrenergo mengatakan operasi militer berarti "tidak ada kemungkinan untuk memulihkan jalur" di Chernobyl dan juga tidak ada kekuatan untuk sistem keamanan situs.
IAEA mengatakan alasan hilangnya transmisi di Zaporizhzhia tidak jelas dan gangguan aliran data di kedua lokasi mengkhawatirkan.
Chernobyl juga kehilangan transmisi ke IAEA, agensi melaporkan Selasa.
"Transmisi data jarak jauh dari peralatan pengamanan IAEA yang terletak di lokasi nuklir di seluruh dunia merupakan komponen penting dari penerapan pengamanan kami, di Ukraina dan secara global," kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi.
"Sistem seperti itu... memungkinkan kami untuk memantau bahan dan aktivitas nuklir di lokasi-lokasi ini ketika inspektur kami tidak ada,” tegasnya. [ah/rs]