Amerika tampaknya menaikkan resiko aksi yang dilakukannya di Suriah, dengan mengisyaratkan bahwa Rusia mungkin telah membantu rejim Assad untuk melakukan serangan senjata kimia yang mematikan, yang telah menewaskan lebih dari 80 orang di propinsi Idlib hari Selasa lalu (4/4).
Sehari setelah meluncurkan 59 misil Tomahawk ke pangkalan udara Shayrat di bagian barat Suriah, lokasi yang diduga menjadi tempat diluncurkannya serangan senjata kimia Selasa lalu, pejabat senior militer Amerika mengatakan telah mendapatkan bukti bahwa rejim Suriah tidak bertindak sendiri.
“Kami telah memiliki gambaran yang baik tentang siapa yang mendukung mereka,” ujar seorang pejabat senior militer pada wartawan di Pentagon, dan menambahkan “para pejabat sedang mengevaluasi dengan hati-hati informasi apapun yang akan melibatkan Rusia” – mengukuhkan bahwa Rusia bisa jadi sudah tahu sebelumnya tentang serangan gas sarin Selasa lalu (4/4) atau Rusia membantu pasukan pemerintah Suriah dalam serangan itu.
Pentagon : Rusia Seharusnya Bertanggungjawab Memastikan Musnahnya Senjata Kimia Suriah
Pernyataan Pentagon hari Jum’at (7/4) ini disampaikan setelah muncul sejumlah kritik tajam terhadap peran Rusia di Suriah, dimana sebagian menuding Rusia mencoba “menyebarkan kebingungan” atas penggunaan senjata kimia oleh Suriah dengan menyampaikan apa yang disebut sebagai “fakta palsu”.
“Suriah dan Rusia meyakinkan kami bahwa seluruh senjata kimia itu telah dipindahkan dan dimusnahkan,” ujar seorang pejabat Amerika pada VOA, merujuk pada perjanjian tahun 2013 untuk memusnahkan seluruh cadangan senjata kimia Suriah.
“Rusia memiliki satu pilihan,” lanjut pejabat itu. ‘’Baik dengan bertanggungjawab memastikan pemindahan dan pemusnahan senjata-senjata kimia ini sebagaimana komitmen Rusia sebelumnya, atau mengakui ketidakmampuannya mengendalikan Presiden Suriah Bashar Al Assad.’’
Pentagon Tolak Tunjukkan Bukti Hubungan Rusia & Serangan Kimia Suriah
Pejabat-pejabat Pentagon menolak menunjukkan bukti langsung apapun yang menghubungkan Rusia dengan serangan gas yang mengandung sarin – suatu jenis gas syaraf yang sangat berbahaya dan mematikan – terhadap kota Khan Sheikhoun di propinsi Idlib Selasa lalu (4/4). Namun mengatakan bahwa unit penerbangan militer Rusia berlokasi di pangkalan udara yang sama, dan pasukan Rusia di Suriah diketahui memiliki ‘’kemampuan menggunakan senjata kimia.’’
Pejabat-pejabat militer Amerika hari Jum’at mengatakan telah mengamati dengan seksama sebuah pesawat tanpa awak berukuran kecil yang terbang di atas rumah sakit di Khan Sheikhoun yang menjadi target serangan senjata kimia itu dan kemudian juga merawat korban serangan itu. ‘’Sekitar lima jam setelah serangan terjadi, pesawat tanpa awak itu berlalu dan rumah sakit itu diserang lagi,’’ ujar seorang pejabat.
Seorang pejabat senior militer mengatakan hal itu merupakan upaya “menyembunyikan bukti serangan kimia tersebut.”
Suriah Klaim Serangan di Idlib Gunakan Bom Konvensional
Suriah mengklaim serangan udara hari Rabu di Khan Sheikhoun dilakukan dengan bahan peledak konvensional, yang mungkin secara tidak sengaja meledakkan persediaan gas sarin yang ada di gudang senjata milik pemberontak anti-Assad. Teori itu diejek oleh para pakar dan analis militer Suriah di Barat.
Pihak berwenang Suriah mengutuk serangan rudal Amerika itu, dan menyebutnya sebagai “strategi yang tidak tepat’’ dan justru ‘’menjadikan Amerika bermitra dengan ISIS dan organisasi-organisasi teroris lainnya’’.
PM Medvedev Kecam Amerika Lewat Media Sosial
Sementara itu dalam perang kata-kata dengan Amerika, Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev lewat media sosial mencap serangan misil Amerika sebagai tindakan illegal, dan mengingatkan “Amerika hanya selangkah saja dari bentrokan militer dengan Rusia.’’
Rusia mengklaim telah menutup saluran komunikasi langsung dengan pasukan Amerika di kawasan sekitar Suriah. Saluran komunikasi itu dibentuk segera setelah pasukan militer Rusia tiba di Suriah untuk membantu Assad, lebih dari satu tahun lalu, guna menghindari terjadinya bentrokan atau insiden udara lain diantara pesawat-pesawat tempur Rusia dan Amerika yang beroperasi di wilayah udara yang sama di Suriah.
Pejabat-pejabat Amerika membantah bahwa saluran komunikasi itu telah ditutup. Mereka mengukuhkan bahwa pihaknya telah mengingatkan Rusia sebelumnya atas serangan misil Amerika, dan saluran itu tetap berfungsi seperti semula.
Pentagon : Telah Peringatkan Rusia Sebelum Serangan Dilancarkan
Pejabat-pejabat Pentagon mengatakan telah mengambil langkah berjaga-jaga supaya tidak menyerang personil Rusia yang ditempatkan di pangkalan militer di bagian barat Suriah yang diserang Kamis malam (6/4), dan menambahkan bahwa mereka secara khusus berupaya mencegah agar serangan misil Tomahawk itu telah menghantam fasilitas gudang senjata kimia di daerah itu. Pakar-pakar militer mengatakan pada VOA, misil-misil Tomahawk digunakan dalam serangan itu karena ‘’tepat sasaran’’.
Seorang pejabat militer Amerika mengatakan tindakan di Suriah itu “sangat sesuai, proporsional, tepat dan efektif.’’
Evaluasi awal menunjukkan Amerika berhasil menarget sekitar 20 pesawat, fasilitas penyimpanan, gudang amunisi di bawah tanah dan radar, namun tetap muncul keraguan tentang keefektifan serangan misil itu.
Kelompok Pemantau HAM Suriah : Pesawat Suriah Kembali Gempur Homs Jum’at Siang
Kelompok Pemantau HAM Suriah di London mengatakan pesawat-pesawat tempur Suriah yang ada di pangkalan udara Shayrat itu sudah kembali terbang hari Jum’at (7/4) dan melancarkan serangan terhadap daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di pedalaman bagian timur kota Homs. [em]