Sebuah pengadilan di Israel hari Kamis (16/1) menyidangkan tuntutan supaya diadakan pembatasan bagi kegiatan NSO Group, sebuah perusahaan Israel yang membuat perangkat lunak untuk memantau kegiatan wartawan dan para pembangkang di seluruh dunia.
Kasus yang diajukan oleh Amnesty International itu menyerukan kepada Israel untuk mencabut izin ekspor perusahaan itu, mencegahnya menjual produk kontroversial itu di luar negeri, khususnya kepada rezim-rezim yang dapat menggunakannya untuk tujuan-tujuan jahat.
“Perangkat lunak itu merupakan senjata siber yang paling berbahaya dan tidak diawasi dengan benar,” ujar Gil Naveh, juru bicara Amnesty International di Israel.
“Itulah sebabnya mengapa kami minta supaya izin ekspor mereka harus dicabut,” tambahnya.
NSO terlibat dalam serangkaian upaya pembobolan digital dan kasus pengadilan ini merupakan reaksi terbaru terhadap perusahaan itu dan produk yang dihasilkannya. Tahun lalu Facebook menggugat perusahaan yang disewa untuk meretas itu di pengadilan federal Amerika karena diduga menarget sekitar 1.400 pengguna layanan pesan terenkripsi WhatsApp dengan spyware yang sangat canggih.
Pada tahun 2018 Amnesty International mengatakan salah seorang pegawainya telah menjadi sasaran perangkat lunak itu , ketika seorang peretas berupaya membobol telpon pintar stafnya, menggunakan pesan WhatsApp tentang demonstrasi di depan Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington DC sebagai umpan.
Spyware itu juga terlibat dalam pembunuhan mengerikan wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi, yang dibunuh di kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, bulan Oktober 2018. Spyware juga dikatakan berada di balik kampanye untuk meretas dukungan atas pajak minuman bersoda di Meksiko dan upaya meretas telpon seorang pembangkang Arab yang memicu pembaruan sistem operasi Apple.
Penyelidikan Associated Press tahun lalu mendapati bahwa para pengecam NSO telah menjadi sasaran dalam operasi rahasia dimana para operator berupaya mendiskreditkan mereka. NSO membantah terlibat.
Malware andalan NSO Group, yang disebut Pegasus, membuat orang dapat mengendalikan secara efektif sebuah telpon, mengendalikan kamera dan mikrofon secara diam-diam dari server jarak jauh dan mengambil data pribadi dan geo-lokasinya.
NSO tidak mengungkapkan identitas klien-kliennya, tetapi mereka diyakini mencakup negara-negara Timur Tengah dan Amerika Latin. Perusahaan itu mengatakan telah menjual teknologinya kepada negara yang disetujui Israel, untuk membantu menghentikan aksi militan dan penjahat. Perusahaan itu mengatakan tidak akan mengomentari kasus itu karena berkisar pada tuntutan yang diarahkan terhadap Kementerian Pertahanan Israel, tetapi tahun lalu NSO mengumumkan bahwa mereka telah mengadopsi “kebijakan hak asasi manusia yang baru” untuk memastikan agar piranti lunaknya tidak disalahgunakan.
Kementerian Pertahanan Israel, yang mengeluarkan ijin ekspor bagi perusahaan-perusahaan pertahanan dan keamanan Israel, menolak berkomentar. (em/ii)