Amr Mussa, mantan ketua Liga Arab yang disegani yang juga pernah menjabat sebagai menteri luar negeri pemerintahan Presiden Hosni Mubarak yang digulingkan, mengatakan ia punya pengalaman yang bisa membawa negara itu keluar dari krisis.
Saingan-saingan utamanya dalam pemilihan tanggal 23 dan 24 Mei termasuk Mohammed Mursi, ketua sayap politik Ikhwanul Muslimin yang berpengaruh yang menguasai parlemen, dan Abdel Moneim Abol Fotouh, yang berhaluan Islam moderat.
Ditanya dalam konferensi pers mengenai perbedaan antara dirinya dan saingan-saingannya yang berhaluan Islam, Mussa menjawab, “Saya yakin, yang mereka punya adalah pengalaman keagamaan, sedangkan yang saya miliki adalah pengalaman nasionalis.”
Ia menambahkan, “Saya yakin kondisi Mesir morat marit dan salah kelola. Jadi Mesir seharusnya tidak terjebak dalam melakukan tindakan yang belum pernah dicoba yang bisa membawa negara ini ke dalam masa yang membingungkan.”
Lebih jauh ia mengatakan, “Saya ingin melakukan sesuatu bagi Mesir dengan menggunakan pemikiran dari berbagai sudut dalam pembuatan kebijakan, tidak hanya menggunakan satu pandangan yang tidak bisa kita kembangkan.”
Militer, yang memerintah negara itu setelah pemberontakan untuk menggulingkan Presiden Mubarak bulan Februari 2011, mengatakan akan menyerahkan kekeuasaan kepada presiden terpilih menjelang akhir Juni.
Para pengecam jenderal, termasuk kelompok Ikhwanul Muslimin, mengatakan, militer ingin terus berkuasa bahkan setelah transisi kekuasaan, melalui pemerintahan yang bisa dipengaruhi. Mussa, yang menolak mengecam militer ketika ditanya mengenai pelanggaran HAM yang terjadi dalam penumpasan terhadap para demonstran, mengatakan militer akan harus memberi jawaban itu kepadanya jika ia terpilih.
“Presiden akan menjadi pimpinan mereka, dan presiden merupakan orang yang mengarahkan dan memimpin negara ini,” katanya dalam konferensi pers dengan para wartawan media asing.
Berbicara dalam bahasa Inggris ia mengatakan, “Saya yakin saya bisa mulai dari menit pertama menjadi presiden dengan pengetahuan mengenai pemerintahan dan pengelolaan negara, dan juga hubungan dengan dunia internasional.. Itulah yang dibutuhkan Mesir.”
Musa dikecam oleh sebagian kelompok demonstran karena keterlibatannya dalam rejim Mubarak sampai 2011, tetapi ia mengatakan ia meyakini pentingnya demokrasi dan kebebasan.
Saingan-saingan utamanya dalam pemilihan tanggal 23 dan 24 Mei termasuk Mohammed Mursi, ketua sayap politik Ikhwanul Muslimin yang berpengaruh yang menguasai parlemen, dan Abdel Moneim Abol Fotouh, yang berhaluan Islam moderat.
Ditanya dalam konferensi pers mengenai perbedaan antara dirinya dan saingan-saingannya yang berhaluan Islam, Mussa menjawab, “Saya yakin, yang mereka punya adalah pengalaman keagamaan, sedangkan yang saya miliki adalah pengalaman nasionalis.”
Ia menambahkan, “Saya yakin kondisi Mesir morat marit dan salah kelola. Jadi Mesir seharusnya tidak terjebak dalam melakukan tindakan yang belum pernah dicoba yang bisa membawa negara ini ke dalam masa yang membingungkan.”
Lebih jauh ia mengatakan, “Saya ingin melakukan sesuatu bagi Mesir dengan menggunakan pemikiran dari berbagai sudut dalam pembuatan kebijakan, tidak hanya menggunakan satu pandangan yang tidak bisa kita kembangkan.”
Militer, yang memerintah negara itu setelah pemberontakan untuk menggulingkan Presiden Mubarak bulan Februari 2011, mengatakan akan menyerahkan kekeuasaan kepada presiden terpilih menjelang akhir Juni.
Para pengecam jenderal, termasuk kelompok Ikhwanul Muslimin, mengatakan, militer ingin terus berkuasa bahkan setelah transisi kekuasaan, melalui pemerintahan yang bisa dipengaruhi. Mussa, yang menolak mengecam militer ketika ditanya mengenai pelanggaran HAM yang terjadi dalam penumpasan terhadap para demonstran, mengatakan militer akan harus memberi jawaban itu kepadanya jika ia terpilih.
“Presiden akan menjadi pimpinan mereka, dan presiden merupakan orang yang mengarahkan dan memimpin negara ini,” katanya dalam konferensi pers dengan para wartawan media asing.
Berbicara dalam bahasa Inggris ia mengatakan, “Saya yakin saya bisa mulai dari menit pertama menjadi presiden dengan pengetahuan mengenai pemerintahan dan pengelolaan negara, dan juga hubungan dengan dunia internasional.. Itulah yang dibutuhkan Mesir.”
Musa dikecam oleh sebagian kelompok demonstran karena keterlibatannya dalam rejim Mubarak sampai 2011, tetapi ia mengatakan ia meyakini pentingnya demokrasi dan kebebasan.