Surat kabar terkadang menulis tentang penderitaan anak-anak yang tinggal di jalanan, namun sekelompok anak tunawisma di New Delhi, India, membentuk koran bulanan sendiri yang berisikan kisah-kisah perjuangan dan keprihatinan mereka.
Balaknama, atau "suara anak-anak" ditulis, diedit dan dikumpulkan oleh anak-anak yang berusia sampai 19 tahun dan mencapai sekitar 10.000 pembaca.
Dari kemiskinan sampai buruh anak, pernikahan di bawah umur, kekerasan seksual dan penyalahgunaan narkoba, Balaknama tidak pernah kekurangan topik.
“Ketika tulisan-tulisan dikirim dan tim duduk bersama untuk menyeleksi artikel, hal itu menimbulkan banyak pertengkaran. Mereka berargumen 'cerita ini akan lebih memiliki dampak dibandingkan cerita itu.' Jadi ada banyak debat sebelum seleksi akhir dicetak," ujar Shanno, konsultan editor Balaknama.
Surat kabar itu memiliki 70 wartawan di beberapa negara bagian, 14 diantaranya melaporkan secara rutin dari ibukota. Semua penulis, editor dan manajer adalah anak-anak tunawisma.
"Dulu saya mengemis, memakai narkoba dan kadang-kadang memulung. Lalu saya dengar tentang Balaknama dan mulai bekerja untuknya. Pertama sebagai wartawan junior, kemudian wartawan dan saya sekarang akan jadi editor," ujar Jyoti Kumari, wartawan Balaknama.
Banyak anak-anak memiliki orangtua pengangguran dan buta huruf. Sebagai wartawan baru, mereka kini punya uang dan banyak yang mengikuti program belajar jarak jauh yang mungkin membantu karir mereka.
"Apa yang tidak bisa saya lakukan, setidaknya anak perempuan saya bisa lakukan. Ia membantu orang lain dan ia juga membantu kami," ujar Sunita Devi, ibu Kumari.
Koran bulanan berisi delapan halaman itu pertama kali terbit tahun 2002 setiap tiga bulan. Media ini telah mengubah hidup anak-anak yang menerbitkannya dan bertujuan memperbaiki hajat hidup ribuan lainnya. Surat kabar ini didukung oleh LSM-LSM dan badan-badan amal.
"Mereka merasa sangat berdaya dan terdorong ketika orang-orang menghargai mereka, dan ketika mereka berbicara dengan pihak berwenang dengan percaya diri..Saya kira ini alat yang sangat dahsyat untuk memberdayakan mereka," ujar Sanjay Gupta, direktur Chetna, salah satu sponsor Balaknama.
Koran itu dijual sekitar 3 sen rupee, atau kurang dari harga secangkir teh di India. Namun jumlah kecil ini memberikan anak-anak harapan akan masa depan di luar jalanan. [hd]