Politisi dan analis memperingatkan, bentrokan di Mogadishu, ibu kota Somalia, antara pemerintah federal dan pendukung kandidat presiden oposisi dapat meningkatkan krisis politik negara itu menjadi konflik besar.
Ketegangan membara di kota itu selama berbulan-bulan karena penundaan pemilu. Pimpinan politik negara itu tetap menemui jalan buntu tentang cara melaksanakan pemilu, meskipun berbulan-bulan mendapat dorongan dan tekanan dari para pejabat PBB dan diplomat Barat.
Kamis (18/2) malam dan Jumat dini hari, tembakan senjata dan mortir meletus di kota itu di tengah lockdown yang diberlakukan oleh pemerintah guna mencegah pendukung oposisi mengadakan protes. Tentara dengan kendaraan lapis baja dikerahkan di jalan-jalan dekat tempat protes direncanakan. Militer juga menutup jalan-jalan utama lainnya di kota itu.
Para pemimpin oposisi mengatakan baku tembak meletus ketika tentara pemerintah menyerang hotel di mana dua mantan presiden yang kini menjadi calon presiden oposisi, Hassan Sheikh Mohamud dan Sharif Sheikh Ahmed, menginap.
Jumat malam, lebih banyak tembakan meletus di kota itu ketika protes jalanan yang dipimpin mantan Perdana Menteri Hassan Ali Khaire bergerak menuju daerah KM4, persimpangan strategis yang dijaga pasukan pemerintah. [ka/pp]