Pihak berwenang di Pakistan pada Selasa (21/5) mendesak masyarakat untuk tidak keluar rumah karena negara itu dilanda gelombang panas ekstrem yang mengancam akan membawa suhu tinggi yang berbahaya dan mengakibatkan banjir karena mencairnya gletser.
Provinsi terpadat di Pakistan, Punjab, menutup semua sekolah selama seminggu karena cuaca panas, yang berdampak pada sekitar 18 juta siswa.
Ini adalah bencana terkait iklim terbaru yang melanda negara ini dalam beberapa tahun terakhir. Mencairnya gletser dan meningkatnya musim hujan telah menyebabkan banjir dahsyat, bahkan menenggelamkan sepertiga wilayah negara tersebut.
Pakistan mencatat bulan April terbasah sejak 1961, dengan curah hujan bulanan lebih dari dua kali lipat dari biasanya, menurut pusat cuaca nasional. Hujan deras yang terjadi bulan lalu menewaskan banyak orang dan menghancurkan properti dan lahan pertanian, para ahli mengatakan negara tersebut mengalami hujan lebat karena perubahan iklim.
Pakistan masih berusaha memulihkan kerugian sebesar $30 miliar yang disebabkan oleh banjir dahsyat akibat perubahan iklim yang menewaskan 1.739 orang pada tahun 2022.
“Panas terik akan terus berlanjut bulan ini,” kata Zaheer Ahmed Babar, pejabat senior di Departemen Meteorologi Pakistan. Dia menambahkan bahwa suhu bisa mencapai 6 derajat Celcius di atas rata-rata bulanan.
Suhu pekan ini bisa naik di atas 40 derajat Celsius di banyak wilayah di negara ini, kata Babar.
Menurut sejumlah pejabat kesehatan, rumah-rumah sakit diinstruksikan untuk mendirikan pusat tanggap darurat gelombang panas sehingga mereka yang terdampak suhu panas dapat segera diobati.
Dokter mengatakan heatstroke adalah penyakit serius yang terjadi ketika suhu tubuh meningkat dengan cepat karena panas terik, sehingga berpotensi menyebabkan beberapa orang jatuh pingsan. Serangan panas yang parah dapat menyebabkan kecacatan atau kematian.
Beberapa daerah di Pakistan juga mengalami pemadaman listrik selama berjam-jam.
“Kami mengalami pemadaman listrik selama berjam-jam pada hari Senin,” kata Ibrar Abbasi, yang tinggal di pinggiran Islamabad.
Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa perubahan iklim, yang dipicu oleh pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan praktik pertanian tertentu, akan menyebabkan cuaca ekstrem yang lebih sering dan berkepanjangan, termasuk suhu yang lebih panas.
Babar mengatakan gelombang panas hebat lainnya akan melanda negara itu pada bulan Juni, ketika suhu kemungkinan akan mencapai 45 derajat Celsius. Dia mengatakan masyarakat harus minum banyak air dan menghindari perjalanan yang tidak perlu. Para peternak harus mengambil tindakan untuk melindungi hewan mereka selama cuaca panas ekstrem, katanya.
Namun, banyak orang, terutama buruh dan pekerja konstruksi di negara miskin tersebut, bertanya bagaimana mereka bisa tetap tinggal di dalam rumah karena keluarga mereka akan menderita jika mereka tidak bekerja.
“Saya merasa tidak enak badan karena panas yang menyengat, tapi saya harus bekerja,” kata Ghulam Farid, pemilik toko kelontong kecil di Sheikhupra, sebuah kota di provinsi Punjab.
Para pekerja konstruksi terlihat duduk di dekat jalan di pinggiran ibu kota, Islamabad, berharap mendapatkan pekerjaan. Di antara mereka adalah Mohammad Khursheed, 52 tahun, yang mengatakan dia memperhatikan perubahan pola musim.
“Saya merasakan panasnya meski di pagi hari, tapi kata orang suhunya akan semakin meningkat,” ujarnya. [ab/ns]
Forum