Para pengamat mengatakan, usulan kesepakatan antara China dan negara-negara ASEAN, yang di dalamnya termasuk empat negara yang mempersengketakan klaim kedaulatan Beijing atas sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan, dapat merusak pengaruh Amerika Serikat di Asia Tenggara.
Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN), yang beranggotakan 10 negara, dan China bermaksud membentuk kemitraan strategis yang komprehensif dan bertujuan untuk mempercepat perdagangan, investasi, atau bahkan hubungan militer.
Para analis mengatakan Washington sendiri telah berusaha menjangkau Asia Tenggara dalam lima tahun terakhir melaui program-program di sektor senjata pertahanan, pelatihan militer, dan memberikan peringatan kepada Beijing atas ekspansinya di Laut Cina Selatan. Tetapi Amerika masih tertinggal dari China dalam hal pemberian dukungan ekonomi yang masih dibutuhkan oleh negara-negara Asia Tenggara yang lebih miskin.
“Saya pikir Washington seharusnya khawatir, karena (hanya dengan) membangun persenjataan berteknologi tinggi paling mutakhir tidak secara tiba-tiba akan membuat Amerika unggul dalam persaingannya dengan China,” kata Alan Chong, profesor di Sekolah Studi Internasional. Rajaratnam yang berpusat di Singapura.
Negara-negara Asia Tenggara sendiri hanya dengan "bersalaman" duah dapat meminta bantuan infrastruktur dari China, lanjut Chong.
Para pejabat AS mengatakan, China, yang merupakan negara adidaya saingan Amerika, melangkah terlalu jauh dalam sengketa kedaulatan di Laut China Selatan dengan negara-negara anggota ASEAN, Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.
ASEAN sendiri secara teknis berada pada posisi netral, meskipun negara-negara maritim anggotanya terbuka untuk menerima bantuan militer AS. [ps/lt]