Pemerintah negara-negara Barat telah sepakat untuk membatasi harga ekspor minyak Rusia sebagai upaya untuk memangkas pendapatan Rusia dari sektor bahan bakar fosil yang mendukung anggaran Moskow untuk terus melakukan invasi ke Ukraina.
Batasan harga tersebut mulai berlaku efektif pada Senin (5/12), hari yang sama ketika Uni Eropa akan memboikot sebagian besar minyak Rusia, termasuk minyak mentahnya yang dikirim melalui laut. Uni Eropa mencapai kesepakatan untuk mematok harga minyak di level $60 per barel pada Jumat (3/12), dan negara-negara Kelompok Tujuh (G7) serta Australia menandatangani kesepakatan tersebut di kemudian hari.
Langkah ganda tersebut dapat melahirkan efek ketidakpastian pada harga minyak. Pasar dapat melihat kemungkinan hilangnya pasokan minyak Rusia, selain itu juga timbul kekhawatiran tentang permintaan yang lebih rendah dari ekonomi global yang melambat.
Berikut sejumlah hal yang perlu diketahui tentang batasan harga, embargo Uni Eropa, dan apa arti keputusan tersebut bagi konsumen dan perekonomian global:
Apakah dan Bagaimana Mekanisme Pembatasan Harga?
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengusulkan untuk menerapkan pembatasan harga minyak Rusia dengan negara-negara G7 lainnya sebagai cara untuk membatasi pendapatan Rusia, tetapi tetap menjaga minyak Rusia agar mengalir ke pasar. Tujuan kebijakan itu semata ingin merobek keuangan Moskow, tetapi sekaligus juga ingin menghindari adanya lonjakan harga minyak yang tajam jika peredaran minyak Rusia tiba-tiba berhenti mengalir di pasar global.
Perusahaan asuransi dan perusahaan lain yang diperlukan untuk mengirimkan minyak hanya diperbolehkan menangani minyak mentah Rusia jika harga minyak berada di batasnya, atau di bawah batas. Sebagian besar perusahaan asuransi berlokasi di Uni Eropa atau Inggris Raya. Mereka diyakini akan berpartisipasi dalam kesepakatan batas harga tersebut.
Bagaimana Minyak Rusia dapat Tetap Mengalir ke Pasar Dunia?
Jika pelarangan diterapkan pada bisnis asuransi secara universal, yang diberlakukan oleh Uni Eropa dan Inggris pada putaran sanksi sebelumnya, maka hal ini dapat menghentikan volume pasokan minyak mentah Rusia yang signifikan dari pasar. Akibatnya harga minyak akan melonjak, ekonomi Barat akan menderita, dan Rusia akan melihat peningkatan pendapatan dari minyak yang dapat dihasilkannya dari kapal yang tidak mengikuti embargo tersebut.
Rusia, produsen minyak nomor dua dunia, telah mengalihkan sebagian besar pasokannya ke India, China, dan negara-negara Asia lainnya dengan penerapan potongan harga. Kebijakan itu diambil setelah pelanggan Barat menghindari pembelian minyak Rusia, bahkan sebelum larangan Uni Eropa berlaku.
Apa Pengaruh Batasan Harga yang Berbeda?
Simone Tagliapietra, pakar kebijakan energi di lembaga kajian Bruegel di Brussels, mengatakan batas harga $60 tidak akan berdampak banyak pada keuangan Rusia. Kebijakan itu"hampir tidak diperhatikan," katanya, karena level tersebut cukup dekat dengan harga minyak yang dijual Rusia.
Campuran minyak Rusia yang berlabel Ural dijual dengan diskon signifikan dan turun di bawah $60 untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan minggu ini di tengah kekhawatiran berkurangnya permintaan dari China karena wabah COVID-19.
“Batas mungkin diturunkan dari waktu ke waktu jika kita ingin meningkatkan tekanan pada Presiden Rusia Vladimir Putin,” katanya. “Masalahnya adalah: Kami telah menghabiskan waktu yang lama untuk menunggu tindakan pemangkasan” keuntungan minyak Putin.
Jika batasnya mencapai $50, maka kebijakan tersebut diyakini akan membabat pendapatan Rusia. Akibatnya, Moskow akan kesulitan menyeimbangkan anggaran negaranya mengingat Rusia diyakini hanya membutuhkan harga minyak dijual di level $60 hingga $70 per barel agar dapat membukukan "fiskal yang impas."
Namun, batas $50 masih akan berada di atas biaya produksi Rusia antara $30 dan $40 per barel, memberi Moskow insentif untuk tetap menjual minyak hanya untuk menghindari keharusan menutup sumur, tindakan yang mudah dilakukan tetapi sulit untuk dimulai kembali.
Robin Brooks, Kepala Ekonom di Institute for International Finance di Washington, mencuit minggu lalu bahwa batas $30 akan "memberi Rusia krisis keuangan yang layak."
Perselisihan tentang di mana harus menetapkan batas menyoroti ketidaksepakatan tentang tujuan mana yang harus dikejar: merugikan keuangan Rusia atau menjinakkan inflasi, dengan AS berada di sisi pengendalian kenaikan harga, kata Maria Shagina, pakar sanksi di Institut Internasional untuk Studi Strategis di Berlin.
Bagaimana Jika Rusia dan Negara-negara Lain Tidak Tunduk?
Rusia mengatakan tidak akan mematuhi batas harga yang dipatok negara-negara Barat. Kremlin bahkan mengancam akan menghentikan pasokan ke negara-negara yang menerapkan batas harga itu. Rusia dapat membalas sanksi tersebut dengan menghentikan pengiriman dengan harapan mendapat untung dari harga minyak global yang naik tajam atas apa pun yang dapat dijualnya.
Pembeli di China dan India mungkin tidak setuju dengan batasan tersebut, sementara Rusia atau China dapat mencoba mendirikan penyedia asuransi mereka sendiri untuk menggantikan yang dilarangAS, Inggris, dan Eropa.
Rusia juga dapat menjual minyak dengan menggunakan kapal tanker “gelap” dengan kepemilikan yang tidak jelas, seperti halnya Venezuela dan Iran. Minyak dapat dipindahkan dari satu kapal ke kapal lain dan dicampur dengan minyak dengan kualitas serupa untuk menyamarkan asalnya.
Bahkan dalam keadaan seperti itu, pembatasan itu akan membuat Rusia “lebih mahal, memakan waktu, dan tidak praktis” untuk menjual minyak di sekitar pembatasan, kata Shagina.
Jarak yang lebih jauh dalam pengiriman minyak ke Asia membutuhkan kapasitas kapal tanker hingga empat kali lebih banyak — dan tidak semua orang akan mengambil asuransi Rusia.
“Anda perlu memanfaatkan armada gelap ini, dan itu tidak terbatas,” katanya. “Iran dan Venezuela menggunakannya, agak efektif, tetapi Anda mungkin menghadapi persaingan dengan target yang sama. ... Permainan kucing dan tikus ini selalu melekat dalam mekanisme sanksi.”
Bagaimana dengan Embargo Uni Eropa?
Produsen-produsen minyak Rusia kemungkinan besar tidak akan dapat mengalihkan semua minyak mereka dari Eropa, yang sebelumnya merupakan pelanggan terbesar mereka, dan beberapa kemungkinan akan hilang ke pasar global — setidaknya pada saat awal.
Analis di Commerzbank mengatakan embargo dan pembatasan Uni Eropa secara bersamaan dapat mengakibatkan "pengetatan yang nyata di pasar minyak pada awal 2023" dan memperkirakan harga patokan internasional Brent naik kembali ke $95 per barel dalam beberapa minggu mendatang. Pada Jumat, Brent merosot ke $85,48 per barel.
Dampak terbesar dari embargo Uni Eropa mungkin tidak terjadi pada 5 Desember, tetapi pada tanggal 5 Februari, ketika larangan tambahan Eropa atas produk kilang yang terbuat dari minyak – seperti bahan bakar diesel – mulai berlaku.
Eropa masih memiliki banyak mobil yang menggunakan bahan bakar diesel. Bahan bakar juga digunakan untuk transportasi truk untuk mengirimkan sejumlah besar barang ke konsumen dan menjalankan mesin pertanian sehingga biaya yang lebih tinggi tersebut akan tersebar ke seluruh perekonomian. [ah/rs]
Forum