Partai Kongres sebelumnya merupakan 'Partai Besar yang Berjaya" dan memerintah negara itu selama 55 dari sejak 71 tahun merdeka. Tetapi setelah kekalahan besar partai itu dalam pemilihan umum untuk kedua kalinya, timbul pertanyaan mengenai masa depannya ketika dinasti politik pimpinan Nehru-Gandhi tidak bisa menandingi pemimpin terkuat yang dilahirkan India dalam beberapa dekade yaitu Perdana Menteri Narendra Modi.
Bertentangan dengan harapan pemilihan umum India yang sangat besar ternyata hampir menjadi persaingan tanpa perlawanan antara Modi dan ketua Partai Kongres Rahul Gandhi ketika pemilu itu menjadi pertarungan bergaya kepresidenan.
“Pertanyaannya bukanlah apa yang salah dengan Partai Kongres, namun lebih kepada apa yang benar mengenai Perdana Menteri Modi. Ia berdiri tegak sebagai pemimpin kuat, berprestasi dan memahami aspirasi rakyat, ”kata komentator politik Rasheed Kidwai, yang telah menulis biografi ibu Rahul Gandhi, Sonia Gandhi. Di sisi lainnya, “Rahul Gandhi secara temperamen bukan pemegang kekuasaan. Dia seorang wali kuasa. "
Rahul Gandhi, anggota keenam dari keluarga Nehru Gandhi yang memimpin partai, sering dianggap sebagai "politisi yang enggan", meskipun kampanyenya bersemangat menghidupkan kembali partai dan menantang Modi setelah kekalahannya pada 2014.
Kampanye Gandhi menarik banyak warga, tetapi upayanya untuk menggambarkan Modi dan Partai Bharatiya Janata (BJP) sebagai ancaman terhadap tradisi sekuler India atau untuk menyoroti masalah kesulitan ekonomi, gagal menggema. Usahanya untuk menyalahkan Modi melakukan korupsi dalam kesepakatan untuk membeli jet tempur Rafale Prancis tidak berhasil. Janji mengenai upah minimum bagi keluarga termiskin di India disambut dengan skeptis, bahkan di antara warga miskin.
Di sisi lain, Modi, berhasil memikat pemilih dengan pesan lantangnya mengenai nasionalisme dan seruan halus kepada komunitas mayoritas Hindu. Bersamaan dengan itu, ada tema lain: ia menggambarkan dirinya sebagai putra sederhana seorang penjual teh, seorang lelaki mandiri yang berjuang melawan segala rintangan untuk mencapai posisi puncak, berbeda dengan apa yang ia sebut Gandhi yang “merasa berhak” mewarisi mantel kepemimpinan Partai Kongres.
Tema tersebut disambut sorak-sorai dari kelas menengah ke bawah yang muncul di negara itu dan lelah dengan politik dinasti.
Perolehan 52 kursi Partai Kongres di parlemen hanya setingkat lebih tinggi dari 44 kursi yang dimenangkannya pada tahun 2014 di parlemen yang beranggotakan 545. Para calon partai kembali dengan tangan hampa di lebih dari separuh negara bagian India dan di beberapa negara lainnya Partai Kongres hanya mengumpulkan satu digit kursi. Partai BJP pimpinan Modi memenangkan 303 kursi..
Skala kekalahannya tidak hanya menghancurkan harapan Partai Kongres untuk menjadi tantangan yang kredibel bagi Modi atau kembali sebagai oposisi yang kuat, namun kembali menimbulkan pertanyaan mengenai kepemimpinan keluarga Gandhi. (my)