Generasi Z adalah sebutan untuk mereka yang lahir mulai tahun 1996. Mereka adalah kelompok yang secara ras dan etnis lebih beragam dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Sebagai kawula muda atau Zoomers, sebutan bagi mereka dalam bahasa sehari-hari, mereka cenderung condong ke arah politik liberal, tetapi mereka bukanlah monolit.
Pengamat Ekonomi dan Politik Brian A. Marks mengatakan melalui Skype, “Gen Z cenderung mengesampingkan afiliasi terhadap partai politik dan berfokus pada masalah kebijakan secara khusus.”
Mahasiswa yang berhak memilih dalam pemilihan presiden 2024 mengatakan, mereka mengamati bagaimana politisi bereaksi terhadap rangkaian keputusan konservatif oleh Mahkamah Agung AS, termasuk tentang hak aborsi dan penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi.
Preston Raven adalah mahasiswa tingkat dua jurusan jurnalistik di Austin, Texas. Ia mengaku merasa nyaman dengan keputusan mahkamah baru-baru ini untuk mengakhiri penerimaan mahasiswa berdasar ras.
“Mereka harus melihat pendaftaran mahasiswa tidak berdasarkan ras kita. Meskipun saya adalah orang kulit berwarna, menurut saya, setiap orang harus diperlakukan setara,” tukasnya.
Hak-hak perempuan dan kebijakan ekonomi mungkin mempengaruhi pilihan Elizabeth Andrews. Termasuk Gen Z, mahasiswi ini mengatakan, “Jelas hak untuk aborsi sangat saya ingat dalam setahun terakhir. Tentu juga masalah kredit pinjaman untuk biaya kuliah (student loan, red.).”
Namun, masih terlalu dini untuk mengatakan, apakah dan bagaimana suara Gen Z dapat memengaruhi hasil pemilihan umum 2024. Melalui Skype, professor Ilmu Politik di Universitas Emory, Andra Gillespie, mengatakan, “Orang usia 45 tahun memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk memilih hanya karena mereka terlatih dalam hal ini dan mereka sedikit lebih paham tentang jalannya politik."
Para analis berpendapat, pemilih pemula Gen Z juga memerlukan bimbingan tentang cara mendaftar untuk pemilu supaya mereka mengerti proses pemilihan presiden di AS. [ps/ka]
Forum