Arab Saudi akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak perdamaian yang diselenggarakan Ukraina pada awal Agustus. Pertemuan tersebut bertujuan untuk mencari cara dalam memulai negosiasi terkait agresi Rusia, kata seorang pejabat Sabtu (29/7) malam. Kerajaan Saudi dan Kyiv tidak segera mengakui rencana pembicaraan tersebut.
Konferensi tingkat tinggi (KTT) itu akan diadakan di Jeddah, kota pelabuhan Laut Merah, kata pejabat itu, yang berbicara dengan syarat tidak diungkap identitasnya.
Mereka yang ambil bagian dalam KTT itu adalah termasuk Ukraina, Brazil, India, Afrika Selatan, dan beberapa negara lain, kata pejabat itu. Seorang pejabat tingkat tinggi dari pemerintahan Presiden AS Joe Biden juga diharapkan hadir. Acara tersebut diawasi oleh Kyiv dan Rusia tidak akan diundang, kata pejabat itu.
Namun, perincian mengenai pertemuan tersebut masih dalam pembicaran dan belum ada tanggal resmi penyelenggaraan. The Wall Street Journal, yang pertama kali melaporkan tentang pertemuan tersebut, menyebutkan bahwa pertemuan itu akan berlangsung pada 5 dan 6 Agustus dengan dihadiri sekitar 30 negara, mengutip "diplomat yang terlibat dalam diskusi."
Pejabat Saudi tidak segera menanggapi permintaan komentar dari The Associated Press, begitu pula Kedutaan Besar Ukraina di Riyadh. Berita tentang KTT itu muncul setelah penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan mengunjungi kerajaan itu pada Kamis (27/7).
Pejabat yang berbicara kepada AP mengatakan KTT itu akan menjadi langkah selanjutnya setelah pembicaraan yang berlangsung di Kopenhagen pada Juni.
Saudi sebagai tuan rumah KTT tersebut menyusul kehadiran Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada pertemuan puncak Liga Arab di Jeddah pada Mei. Saat itu negara-negara Arab menyatakannya dukungan mereka untuk Kyiv. Negara-negara Arab sebagian besar tetap mengambil posisi netral sejak Rusia melancarkan perang di Ukraina pada Februari 2022, sebagian dikarenakan oleh hubungan militer dan ekonomi mereka dengan Moskow.
Arab Saudi juga mempertahankan hubungan dekat dengan Rusia sebagai bagian dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+ (The Organization of the Petroleum Exporting Countries). Pemotongan produksi minyak oleh OPEC, bahkan ketika perang Moskow di Ukraina meningkatkan harga energi, membuat marah Biden dan anggota parlemen AS.
Namun, menggelar pembicaraan semacam itu juga membantu meningkatkan profil Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang telah berusaha mengurangi ketegangan dengan Iran dan mendorong perdamaian dalam perang berkepanjangan Kerajaan di Yaman. Namun, hubungan antara Riyadh dan Barat juga tetap tegang karena kasus pembunuhan dan mutilasi kolumnis koran Washington Post, Jamal Khashoggi, di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2018. Agen intelijen AS menilai pembunuhan tersebut merupakan perintah Pangeran Mohammed. [ah/ft]
Forum