RIYADH —
Arab Saudi mengatakan Kamis (8/8) pihaknya telah menangkap dua orang dari Yaman dan Chad yang dicurigai merencanakan serangan bunuh diri, beberapa hari setelah Amerika Serikat menutup beberapa kedutaan di Timur Tengah dan Afrika Utara atas dugaan rencana serangan teror oleh al-Qaida.
Kedua orang tersebut ditahan di akhir Juli setelah mereka bertukar informasi lewat media sosial mengenai sebuah rencana serangan, menurut laporan kantor berita Saudi Press Agency, mengutip seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri. Dikatakan, penyelidikan masih terus berlangsung terhadap kedua tersangka yang berkomunikasi menggunakan ponsel dan pesan elektronik yang terenkripsi.
Sekutu utama AS di wilayah Teluk tersebut menjadi salah satu target al-Qaida, yang melakukan berbagai serangan di Arab Saudi satu dekade lalu dan menewaskan ratusan orang.
Pekan lalu Washington mengumumkan penutupan kedutaan besar di wilayah tersebut untuk sementara waktu.
Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP), yang berbasis di Yaman yang bertetangga dengan Arab Saudi, adalah salah satu sayap paling aktif gerakan militan tersebut.
Saudi Press Agency tidak melaporkan adanya kaitan antara penahanan kedua tersangka rencana teror dan penutupan kedutaan.
Arab Saudi telah menangkap ribuan tersangka selama 10 tahun terakhir atas dugaan keterlibatan dengan al-Qaida. Aktivis hak asasi manusia mengatakan beberapa orang ditahan di masa lalu sebetulnya adalah pembangkang yang beraksi damai dan semata menuntut perubahan secara politik, tuduhan yang disangkal oleh pemerintah Saudi.
Mereka yang tersisa dari kelompok al-Qaida di Arab Saudi dan bertanggung jawab atas serangan yang terjadi antara 2003-2006, diyakini telah kemudian melarikan diri ke Yaman di mana mereka bergabung dengan militan lokal untuk mendirikan AQAP.
Pada tahun 2009, seorang pembom bunuh diri al-Qaida mencoba membunuh kepala keamanan Pangeran Mohammed bin Nayef, yang sekarang menjabat menteri dalam negeri, namun ia tidak terluka serius.
Kedua orang tersebut ditahan di akhir Juli setelah mereka bertukar informasi lewat media sosial mengenai sebuah rencana serangan, menurut laporan kantor berita Saudi Press Agency, mengutip seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri. Dikatakan, penyelidikan masih terus berlangsung terhadap kedua tersangka yang berkomunikasi menggunakan ponsel dan pesan elektronik yang terenkripsi.
Sekutu utama AS di wilayah Teluk tersebut menjadi salah satu target al-Qaida, yang melakukan berbagai serangan di Arab Saudi satu dekade lalu dan menewaskan ratusan orang.
Pekan lalu Washington mengumumkan penutupan kedutaan besar di wilayah tersebut untuk sementara waktu.
Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP), yang berbasis di Yaman yang bertetangga dengan Arab Saudi, adalah salah satu sayap paling aktif gerakan militan tersebut.
Saudi Press Agency tidak melaporkan adanya kaitan antara penahanan kedua tersangka rencana teror dan penutupan kedutaan.
Arab Saudi telah menangkap ribuan tersangka selama 10 tahun terakhir atas dugaan keterlibatan dengan al-Qaida. Aktivis hak asasi manusia mengatakan beberapa orang ditahan di masa lalu sebetulnya adalah pembangkang yang beraksi damai dan semata menuntut perubahan secara politik, tuduhan yang disangkal oleh pemerintah Saudi.
Mereka yang tersisa dari kelompok al-Qaida di Arab Saudi dan bertanggung jawab atas serangan yang terjadi antara 2003-2006, diyakini telah kemudian melarikan diri ke Yaman di mana mereka bergabung dengan militan lokal untuk mendirikan AQAP.
Pada tahun 2009, seorang pembom bunuh diri al-Qaida mencoba membunuh kepala keamanan Pangeran Mohammed bin Nayef, yang sekarang menjabat menteri dalam negeri, namun ia tidak terluka serius.