Tautan-tautan Akses

5 Kota Besar Indonesia Dukung Aksi Earth Hour 2012


Kota Sydney, Australia saat memperingati 'Earth Hour' dengan memadamkan lampu-lampu kota (foto; dok).
Kota Sydney, Australia saat memperingati 'Earth Hour' dengan memadamkan lampu-lampu kota (foto; dok).

Lima kota besar di Indonesia siap mendukung aksi penghematan listrik global, “Earth Hour”, yang akan berlangsung pada 31 Maret 2012. Earth Hour merupakan inisiatif organisasi World Wildlife Fund (WWF), untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim.

Tahun ini, 'Earth Hour' di Indonesia akan dilaksanakan untuk keempat kalinya. Dengan perkembangan yang demikian pesat dari segi wilayah, partisipasi, dan kesadaran masyarakat dunia, Earth Hour diharapkan tidak hanya menjadi kampanye simbolis, namun menjadi gerakan perubahan besar dan kongkrit di masyarakat.

WWF Indonesia berkomitmen untuk mengusung kampanye ini hingga tahun 2014, untuk membangun kesadaran masyarakat – terutama di kota-kota besar Jawa-Bali, yang selama ini menjadi pengguna listrik terbesar yaitu 78 persen, dan cenderung boros. Dari angka ini, sekitar 23 persen pengguna berada di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang.

Nyoman Iswarayoga, Direktur Program Iklim dan Energi WWF Indonesia.
Nyoman Iswarayoga, Direktur Program Iklim dan Energi WWF Indonesia.

Direktur Program Iklim dan Energi WWF Indonesia, Nyoman Iswarayoga, mengatakan lima kota besar kembali menyatakan kesiapannya mendukung Earth Hour tahun ini; yaitu DKI Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, dan Bali. Selama satu jam listrik di lima kota akan serentak dimatikan, mulai pukul 20.30-21.30 waktu setempat.

“Seruan aksi tahun ini sebetulnya kita ingin mengajak semakin banyak orang untuk mendukung Earth Hour. Artinya perduli, tahu pesannya apa, dan mau berbuat. Paling tidak mulai dari hemat energi dulu. Pesan dasarnya ‘kan tetap itu, hemat energi di tingkat rumah tangga. Hemat energi itu kebiasaan; kalau di rumah enggak biasa hemat di kantor pasti enggak biasa hemat, demikian sebaliknya. Jadi kita harus mulai di dua tempat. Kalau di rumah ini akan menjadi trickle down effect (efek turunan) yang cukup tinggi,” ujar Nyoman Iswarayoga.

Untuk ke depan, menurut Nyoman, Earth Hour diharapkan tidak sebatas mematikan listrik, tetapi diikuti aksi penghematan energi lainnya serta kegiatan penghijauan seperti menanam pohon dan membuat lubang biopori.

Di luar pemerintah pusat dan daerah, beberapa korporasi juga siap berpartisipasi program Earth Hour, dalam beragam kegiatan. Humas PT Garuda Indonesia, Diah Wiratmi, kepada VOA mengatakan beberapa program yang sejalan dengan konsep Earth Hour telah diterapkan pada perusahaan penerbangan milik negara itu.

Humas PT Garuda Indonesia, Diah Wiratmi (depan).
Humas PT Garuda Indonesia, Diah Wiratmi (depan).

“Earth Hour memang awalnya diinisiasi oleh WWF, tetapi di Garuda sudah menjadi kegiatan rutin yang kita lakukan setiap hari. Kita melakukan carbon off set, penggunaan biofuel tapi itu masih studi kelayakan tapi nanti di masa depan kita mengarah ke situ. Lalu menanam pohon, dan juga menggunakan konsep eco-living untuk pembangunan kantor Garuda yang baru. Kami meminimalkan penggunaan cahaya,” kata Diah Wiratmi.

Diah menambahkan, sisa buangan kertas hasil cetakan tiket juga didaur ulang menjadi agenda. Sejak 2009, bagian pengamanan lingkungan perusahaan juga menghimpun data dari semua unit, berapa watt listrik yang berhasil dikurangi.

Sementara Bodyshop –perusahaan ritel internasional yang bergerak di bidang kecantikan, sejak lama mengkampanyekan pelarangan sampah plastik dan stryfoam. Hal ini diungkapkan Values Manager Bodyshop di Indonesia, Rika Angraini.

Rika mengatakan, “Intinya kami akan mencoba menghubungi semua mall dimana Bodyshop ada untuk mengajak mereka ikut momentum yang baik bagi masyarakat. Pengamalan kami, masyarakat cukup antusias dengan program Earth Hour ini dan kami sering meminta mereka sharing (berbagi) pengalaman soal kampanye penghematan listrik, dan 'say no to stryfoam'.”


Lima kota besar di Indonesia siap mendukung aksi penghematan listrik global, “Earth Hour”, yang akan berlangsung pada 31 Maret 2012. Earth Hour merupakan inisiatif organisasi World Wildlife Fund – WWF, untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim. Berikut laporan Wella Sherlita dari Jakarta.
TEXT: Tahun ini, Earth Hour Indonesia akan dilaksanakan untuk keempat kalinya. Dengan perkembangan yang demikian pesat dari segi wilayah, partisipasi, dan kesadaran masyarakat dunia, Earth Hour diharapkan tidak hanya menjadi kampanye simbolis, namun menjadi gerakan perubahan besar dan kongkrit di masyarakat.
WWF Indonesia berkomitmen untuk mengusung kampanye ini hingga tahun 2014, untuk membangun kesadaran masyarakat –terutama di kota-kota besar Jawa-Bali, yang selama ini menjadi pengguna listrik terbesar yaitu 78%, dan cenderung boros. Dari angka ini, 23% pengguna berada di DKI Jakarta dan Tangerang.
Direktur Program Iklim dan Energi WWF Indonesia, Nyoman Iswarayoga, mengatakan lima kota besar kembali menyatakan kesiapannya mendukung Earth Hour tahun ini; yaitu DKI Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, dan Bali. Selama satu jam listrik di lima kota akan serentak dimatikan, mulai pukul 20.30-21.30 waktu setempat.
NYOMAN ISWARAYOGA ACT.
“Seruan aksi tahun ini sebetulnya kita ingin mengajak semakin banyak orang untuk mendukung Earth Hour. Artinya perduli, tahu pesannya apa, dan mau berbuat. Paling tidak mulai dari hemat energi dulu. Pesan dasarnya ‘kan tetap itu, hemat energi di tingkat rumah tangga. Hemat energi itu kebiasaan; kalau di rumah enggak biasa hemat di kantor pasti enggak biasa hemat, demikian sebaliknya. Jadi kita harus mulai di dua tempat. Kalau di rumah Ini akan menjadi trickle down effect (efek turunan) yang cukup tinggi.”
TEXT: Untuk ke depan, Earth Hour diharapkan tidak sebatas mematikan listrik, tetapi diikuti aksi penghematan energi lainnya serta kegiatan penghijauan seperti menanam pohon dan membuat lubang biopori, kata Nyoman Iswarayoga.
Di luar pemerintah pusat dan daerah, beberapa korporasi juga siap berpartisipasi program Earth Hour, dalam beragam kegiatan. Humas PT Garuda Indonesia, Diah Wiratmi, kepada VOA mengatakan beberapa program yang sejalan dengan konsep Earth Hour telah diterapkan pada perusahaan penerbangan milik negara itu.
DIAH WIRATMI ACT.
“Earth Hour memang awalnya diinisiasi oleh WWF, tetapi di Garuda sudah menjadi kegiatan rutin yang kita lakukan setiap hari. Kita melakukan carbon off set, penggunaan biofuel tapi itu masih studi kelayakan tapi nanti di masa depan kita mengarah ke situ. Lalu menanam pohon, dan juga menggunakan konsep eco-living untuk pembangunan kantor Garuda yang baru. Kami meminimalkan penggunaan cahaya.”
TEXT: Diah menambahkan, sisa buangan kertas hasil cetakan tiket juga didaur ulang menjadi agenda. Sejak 2009, bagian pengamanan lingkungan perusahaan juga menghimpun data dari semua unit, berapa watt listrik yang berhasil dikurangi.
Sementara Bodyshop –perusahaan ritel internasional yang bergerak di bidang kecantikan, sejak lama mengkampanyekan pelarangan sampah plastik dan stryfoam. Hal ini diungkapkan Values Manager Bodyshop di Indonesia, Rika Angraini.
RIKA ANGRAINI ACT.
“Intinya kami akan mencoba menghubungi semua mall dimana Bodyshop ada untuk mengajak mereka ikut momentum yang baik bagi masyarakat. Pengamalan kami, masyarakat cukup antusias dengan program Earth Hour ini dan kami sering meminta mereka sharing (berbagi) pengalaman soal kampanye penghematan listrik, dan say no to stryfoam.”
XS
SM
MD
LG