Untuk pertama kalinya, Amerika abstain dari resolusi PBB yang mendesak pencabutan embargo ekonomi, perdagangan dan keuangan Amerika terhadap Kuba selama hampir 60 tahun.
Selama 25 tahun terakhir, Majelis Umum PBB telah mengadakan pemungutan suara tahunan simbolis yang menyerukan diakhirinya blokade, yang diberlakukan sejak Perang Dingin. Tahun lalu, masyarakat internasional hampir mencapai suara bulat, dengan hanya Amerika dan Israel yang menentang pencabutan embargo. Tahun ini kedua negara abstain.
"Amerika selalu menentang resolusi ini," kata Duta Besar Amerika, Samantha Power kepada Majelis Umum menjelang pemungutan suara.
"Hari ini Amerika akan abstain," tambahnya.
Dia mengatakan pergeseran itu disebabkan karena kebijakan embargo itu tidak berjalan.
"Alih-alih mengisolasi Kuba, seperti kata Presiden Obama berulang kali, kebijakan kami itu justru mengisolasi Amerika, termasuk di sini di PBB," kata Power.
Tapi dia mengatakan, abstain tidak berarti bahwa Amerika setuju dengan semua kebijakan dan praktek pemerintah Kuba, terutama tentang hak asasi .
Juga tidak berarti Amerika setuju dengan negara-negara yang mengatakan tindakan AS bertentangan dengan hukum internasional dan Piagam PBB. "Kami tegas menolak pernyataan yang menyatakan sebaliknya," katanya tentang keputusan Majelis Umum itu.
Menteri Luar Negeri Kuba, Bruno Rodriguez Parrilla, menyambut baik sikap abstain itu dengan mengatakan, itu adalah langkah positif bagi masa depan hubungan kedua negara, tapi AS perlu melangkah lebih jauh. [ps/ii]