MANILA, FILIPINA —
Sekitar 5.600 orang tewas atau hilang setelah badai super Haiyan meluluhlantakkan sebagian daerah itu. Sejak hari Jumat lalu Amerika telah bolak-balik mengirim bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang sulit dijangkau di Filipina Tengah.
Satuan tugas – yang berpangkalan di kapal induk USS George Washington – mencapai daerah-daerah itu dengan pesawat jenis MV-22B Ospreys, yang bisa mendarat secara vertikal seperti helikopter. Sebelumnya pasukan Amerika juga mengirim pasokan logistik untuk menopang infrastruktur yang rusak parah.
Letnan Jendral John Wissler dari pasukan marinir Amerika mengatakan kepada wartawan di Manila, pasukan Amerika memusatkan perhatian untuk menyelesaikan operasi bantuan .
“Kita akan berada disini selama dibutuhkan untuk terus menyediakan kemampuan unik guna segera mengatasi penderitaan warga dan membuat mereka bisa hidup normal kembali,” kata Wissler.
Wissler merujuk pada masa ketika pemerintah Filipina mulai mengarahkan perhatiannya pada upaya pemulihan dan pembangunan kembali infrastruktur warga.
Sedikitnya 16 negara – termasuk Australia, Vietnam dan Singapura – meminjamkan aset-aset militernya untuk operasi kemanusiaan ini. Pasukan bela diri Jepang telah melakukan misi medis di propinsi yang paling parah dilanda badai. Militer Filipina mengatakan negara-negara itu telah mengerahkan 61 pesawat udara dan 14 kapal laut.
China hari Rabu (20/11) mengumumkan akan mengirim kapal yang berfungsi sebagai “rumah sakit terapung” dengan berat 14 ribu ton, memperbesar dukungan mereka secara signifikan 1,5 minggu setelah badai menghantam Filipina.
Pasukan militer negara-negara tersebut membentuk koalisi yang dipimpin bersama oleh Filipina dan Amerika. Para pejabat mengatakan mereka memberi penjelasan singkat setiap hari.
Wakil Menteri Pertahanan Nasional Filipina Pio Lorezo Batino menunjukkan rasa terima kasih atas bantuan militer internasional ini. Ia mengatakan, “Kami kira kami sudah sangat berhasil dalam mengkoordinir dan menyatukan seluruh upaya pasukan militer negara asing yang beroperasi di daerah-daerah yang terkena dampak badai tersebut”.
Pemerintah Filipina sebelumnya telah dikecam atas apa yang oleh banyak orang disebut sebagai tanggapan yang lambat pada hari-hari pertama badai Haiyan menerpa .
Wissler mengatakan dalam bencana besar apapun, upaya bantuan tampaknya lambat. Tapi dalam kasus badai Haiyan – ujarnya – kemitraan strategis sejak lama antara Amerika dan Filipina telah menciptakan adanya “tanggapan yang sangat cepat”.
Meski ada tanda-tanda pemulihan di beberapa daerah yang paling parah dilanda badai – dengan adanya usaha-usaha kecil yang menjual barang-barang keperluan secara terbatas – pemerintah Filipina terus berusaha memenuhi kebutuhan dasar ratusan ribu warga yang terpaksa mengungsi akibat badai itu.
Satuan tugas – yang berpangkalan di kapal induk USS George Washington – mencapai daerah-daerah itu dengan pesawat jenis MV-22B Ospreys, yang bisa mendarat secara vertikal seperti helikopter. Sebelumnya pasukan Amerika juga mengirim pasokan logistik untuk menopang infrastruktur yang rusak parah.
Letnan Jendral John Wissler dari pasukan marinir Amerika mengatakan kepada wartawan di Manila, pasukan Amerika memusatkan perhatian untuk menyelesaikan operasi bantuan .
“Kita akan berada disini selama dibutuhkan untuk terus menyediakan kemampuan unik guna segera mengatasi penderitaan warga dan membuat mereka bisa hidup normal kembali,” kata Wissler.
Wissler merujuk pada masa ketika pemerintah Filipina mulai mengarahkan perhatiannya pada upaya pemulihan dan pembangunan kembali infrastruktur warga.
Sedikitnya 16 negara – termasuk Australia, Vietnam dan Singapura – meminjamkan aset-aset militernya untuk operasi kemanusiaan ini. Pasukan bela diri Jepang telah melakukan misi medis di propinsi yang paling parah dilanda badai. Militer Filipina mengatakan negara-negara itu telah mengerahkan 61 pesawat udara dan 14 kapal laut.
China hari Rabu (20/11) mengumumkan akan mengirim kapal yang berfungsi sebagai “rumah sakit terapung” dengan berat 14 ribu ton, memperbesar dukungan mereka secara signifikan 1,5 minggu setelah badai menghantam Filipina.
Pasukan militer negara-negara tersebut membentuk koalisi yang dipimpin bersama oleh Filipina dan Amerika. Para pejabat mengatakan mereka memberi penjelasan singkat setiap hari.
Wakil Menteri Pertahanan Nasional Filipina Pio Lorezo Batino menunjukkan rasa terima kasih atas bantuan militer internasional ini. Ia mengatakan, “Kami kira kami sudah sangat berhasil dalam mengkoordinir dan menyatukan seluruh upaya pasukan militer negara asing yang beroperasi di daerah-daerah yang terkena dampak badai tersebut”.
Pemerintah Filipina sebelumnya telah dikecam atas apa yang oleh banyak orang disebut sebagai tanggapan yang lambat pada hari-hari pertama badai Haiyan menerpa .
Wissler mengatakan dalam bencana besar apapun, upaya bantuan tampaknya lambat. Tapi dalam kasus badai Haiyan – ujarnya – kemitraan strategis sejak lama antara Amerika dan Filipina telah menciptakan adanya “tanggapan yang sangat cepat”.
Meski ada tanda-tanda pemulihan di beberapa daerah yang paling parah dilanda badai – dengan adanya usaha-usaha kecil yang menjual barang-barang keperluan secara terbatas – pemerintah Filipina terus berusaha memenuhi kebutuhan dasar ratusan ribu warga yang terpaksa mengungsi akibat badai itu.