Amerika belum membuat keputusan apakah akan memberi bantuan militer kepada Ukraina dalam perang melawan kelompok separatis pro-Rusia, demikian ujar juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika hari Senin (2/2), setelah sebuah suratkabar melaporkan bahwa bantuan itu sedang dipertimbangkan.
Dalam penjelasan singkat harian di Departemen Luar Negeri Amerika, juru bicara Jen Psaki mengatakan kepada wartawan belum ada pilihan yang “dipertimbangkan atau tidak” dan hingga kini “masih berlangsung pembahasan”, tetapi pemerintah Amerika belum mengambil keputusan."
Suratkabar The New York Times hari Minggu (01/02) melaporkan, meskipun Presiden Barack Obama belum memutuskan tentang penyediaan bantuan senjata kepada pasukan keamanan Ukraina, pemerintahnya sedang “mengkaji” permintaan bantuan militer itu.
Suratkabar itu mengutip pejabat-pejabat Amerika yang tidak disebut namanya, yang mengatakan Menteri Luar Negeri John Kerry, Ketua Kepala Staf Gabungan Jendral Martin Dempsey dan Penasehat Keamanan Nasional Presiden Susan Rice terbuka untuk melakukan pembahasan baru tentang pemberian bantuan tersebut kepada pasukan Ukraina.
Ditambahkan dalam laporan itu bahwa sebuah laporan independen yang dikeluarkan hari Senin oleh delapan mantan pejabat senior Amerika dan mendesak pemerintah untuk mengirim peralatan dan senjata pertahanan bernilai 3 milyar dolar ke Ukraina, telah memicu perdebatan lebih jauh” di Washington.
Pertempuran terus berkecamuk di Donetsk dan Luhansk – dua daerah yang diklaim oleh kelompok separatis pro-Rusia sebagai wilayah mereka – khususnya di sekitar kota Debaltseve yang dikuasai Ukraina, sejak perundingan damai di Belarus antara pemerintah Ukraina dan kelompok separatis gagal hari Sabtu (31/1).
Dalam briefing hari Senin itu juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Jen Psaki mengatakan Amerika sangat prihatin tentang “memuncaknya aksi kekerasan baru-baru ini” dan upaya para pemberontak untuk memperluas wilayah yang mereka kuasai di luar batas gencatan senjata yang telah disepakati dalam perundingan di Minsk – Belarus bulan September lalu.
Jen Psaki juga menyatakan keprihatinan atas “bertambahnya jumlah korban tewas dari pihak militer dan sipil”.
Senin pagi pemimpin separatis pro-Rusia di Ukraina Timur mengumumkan “mobilisasi umum” guna memperkuat pasukan bersenjata kelompok itu hingga mencapai 100 ribu orang.