Kepala Penanggulangan Vaksin Virus Corona Amerika Serikar, Minggu (22/11), mengatakan pemerintah berharap untuk memulai vaksinasi Covid-19 pada awal Desember.
"Rencana kita adalah bisa mengirim vaksin ke lokasi imunisasi dalam waktu 24 jam setelah persetujuan" oleh Badan Pengawas Obat-Obatan dan Pangan AS (FDA), Moncef Slaoui kepada CNN. "Jadi saya berharap mungkin pada hari kedua persetujuan, pada tanggal 11 atau 12 Desember."
Penasihat vaksin FDA dilaporkan akan bertemu pada 8-10 Desember untuk membahas vaksin yang disetujui yang menurut Pfizer dan Moderna setidaknya 95 persen efektif.
Dalam perkembangan lain, Ahli Epidemiologi AS mengatakan lebih banyak data diperlukan untuk mengevaluasi sepenuhnya keefektifan kandidat vaksin Covid-19-19 dan menguji metode 'mRNA' yang digunakan dalam pengembangan vaksin baru. Upaya global dalam mengembangkan vaksin virus corona yang sukses baru-baru ini mendapat dorongan setelah dua pembuat obat utama AS Moderna dan Pfizer, dan mitranya dari Jerman, BioNTech, mengumumkan kandidat vaksinnya efektif lebih dari 94 persen.
Meskipun sangat optimis mengenai hasilnya, Eric Feigl-Ding, ahli epidemiologi dan ilmuwan senior Federasi Ilmuwan Amerika di Washington D.C., menghimbau agar bersabar menunggu selesainya pengujian yang lebih ketat.
"Kita masih harus lebih berhati-hati karena kita perlu mengumpulkan lebih banyak data. Kedua uji coba ini pada dasarnya memiliki 150-200 kasus dari 30 ribu-40 ribu orang yang benar-benar mendapat vaksin atau dalam kelompok plasebo," kata Eric.
"Kita masih perlu melihat apakah tingkat 90 persen kemanjuran ini bertahan, karena kita tahu respons imunitas di awal selalu yang paling kuat. Ahli imunologi dan ahli vaksin sering memperingatkan ketahanan kadang-kadang menurun sejalan dengan waktu. Apakah perlu tambahan penguat? Ini adalah hal-hal yang harus kita temukan dalam beberapa bulan mendatang," lanjutnya.
Moderna dan Pfizer dalam pengembangan vaksinnya menggunakan teknologi baru messenger RNA (mRNA), yang menginstruksikan sel untuk memproduksi protein guna memicu respons imun yang kemudian bisa membunuh virus.
Sementara itu, China memusatkan perhatiannya pada penggunaan metode virus tradisional yang tidak aktif, yang menggunakan virus yang sudah 'dimatikan' yang membantu tubuh mengembangkan respons kekebalan.
Dalam hal distribusi vaksin, Joel Ruet, ketua lembaga riset Bridge Tank, mengatakan kerja sama global yang lebih besar diperlukan agar vaksin tersedia di negara-negara berkembang. Ia mengutip kerja sama inisiatif COVAX yang bertujuan untuk memastikan akses yang setara dan adil terhadap vaksin bagi negara-negara miskin dan negara-negara berpenghasilan menengah.
"Kami memiliki spektrum luas dalam membagikan vaksin. Saya kira yang terpenting adalah berbagai negara berkolaborasi dengan negara-negara di Selatan, dan saya kira China serta Uni Eropa sama-sama berperan. China telah bergabung dengan inisiatif COVAX untuk membuat vaksin tersedia sepenuhnya, tersedia secara politis dan juga secara ekonomi di banyak negara di Selatan. Saya kira ini langkah yang sangat bagus," paparnya. [my/lt]