Amerika Serikat menghentikan pengecualian atas pemberlakukan sanksi terhadap lima negara pengimpor minyak Iran, dengan harapan untuk mencabut sumber utama pendapatan Teheran. Iran segera menanggapi langkah itu dengan ancaman akan menutup Selat Hormuz yang strategis, yang merupakan urat nadi utama bagi lalu lintas pengiriman barang di Timur Tengah, jika pihaknya tidak dapat mengekspor minyak.
Amerika Serikat tidak lagi memberikan pengecualian atas pemberlakuan sanksi terhadap negara-negara yang mengimpor minyak Iran. Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengumumkan kebijakan baru itu pada hari Senin. Dia mengatakan bahwa setelah memberikan waktu kepada negara-negara yang selama ini mendapat perlakuan khusus untuk mengurangi impor minyak Iran, Amerika menyatakan volume impor itu kini “menjadi nol.”
Ketika berbicara kepada para wartawan Senin (22/4) sore di Departemen Luar Negeri Amerika, Menteri Pompeo mengatakan, “Perhatikan, dengan pengumuman hari ini, kamia telah memperjelas keseriusan tujuan kami. Kini impor minyak Iran menjadi nol. Berapa lama kami akan berada pada angka impor nol itu tergantung sepenuhnya pada pemimpin senior Republik Islam Iran. Kami telah menyampaikan tuntutan kami dengan sangat jelas kepada Ayatullah dan kroni-kroninya – hentikan upaya Anda untuk membuat senjata nuklir, hentikan upaya untuk menguji coba dan mengembangkan rudal balistik, hentikan tindakan mensponsori dan melakukan terorisme, dan akhiri penahanan sewenang-wenang terhadap warga negara Amerika Serikat."
Iran menanggapi langkah Amerika itu dengan menantang, dan mengancam akan menutup Selat Hormuz, yang merupakan arteri yang sangat penting secara strategis, jika pihaknya dicegah menggunakan selat itu untuk menjual minyaknya.
Turki juga menentang langkah Amerika tersebut. Dalam cuitan melalui Twitter, menteri luar negeri Turki mengatakan, “Keputusan Amerika untuk mengakhiri pengecualian sanksi terkait impor minyak Iran tidak akan membantu perdamaian dan stabilitas regional, tetapi akan membahayakan rakyat Iran. Turki menolak sanksi dan pemaksaan sepihak tentang bagaimana melakukan hubungan dengan negara-negara tetangga.”
China memberikan reaksi serupa. Juru bicara kementerian luar negeri mengatakan China menentang pemberlakukan “sanksi sepihak dan campur tangan di luar yurisdiksi” yang dilakukan oleh Amerika.
Para analis memperingatkan bahwa tindakan keras Amerika terkait minyak Iran ini berpotensi memicu pertikaian antara Amerika dan Iran, dan dapat mengganggu pembicaraan perdagangan antara Amerika dan China. (lt)