Para pejabat intelijen dan keamanan Amerika Serikat tengah meningkatkan fokus mereka pada wilayah perbatasan selatan AS, karena khawatir aliran migran yang terus-menerus telah menarik perhatian kelompok teror ISIS.
Kekhawatiran meningkat menyusul penangkapan delapan pria asal Tajikistan pada awal bulan ini, yang semuanya memasuki Amerika Serikat melalui perbatasan selatan dengan Meksiko, beberapa di antaranya melakukan perjalanan lebih dari setahun yang lalu.
Meskipun pemeriksaan latar belakang awal terlihat bahwa “mereka bersih,” penegak hukum AS kemudian menemukan informasi yang menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan kelompok ISIS.
“Kami sadar bahwa orang-orang yang membunuh lebih dari 150 orang Rusia di teater itu berasal dari bagian dunia yang sama,” kata Ken Wainstein, wakil menteri bidang intelijen dan analisis di Departemen Keamanan Dalam Negeri AS. Dia merujuk pada serangan yang terjadi pada bulan Maret di gedung konser di Moskow, yang diklaim oleh afiliasi kelompok teror tersebut di Afghanistan.
Wainstein, yang memberikan kesaksian pada hari Rabu (26/6) di depan Subkomite Keamanan Dalam Negeri untuk Kontraterorisme di DPR AS, mengatakan kekhawatiran mengenai potensi ISIS mengeksploitasi perbatasan telah menyebabkan digelarnya pertemuan harian dengan direktur Pusat Kontraterorisme Nasional AS (NCTC), serta kerja sama lebih erat dengan FBI.
Namun dia berusaha mengecilkan kekhawatiran yang berasal dari intelijen yang menunjukkan bahwa jaringan penyelundupan manusia yang terkait dengan ISIS mungkin telah membawa lebih dari 400 migran dari Asia Tengah ke Amerika Serikat, dengan melintasi perbatasan selatan.
“Tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa orang-orang tersebut adalah agen teroris,” kata Wainstein kepada anggota kongres.
Informasi mengenai 400 migran tersebut, pertama kali dilaporkan oleh stasiun televisi NBC News, yang menunjukkan lebih dari 150 migran telah ditangkap. Namun para pejabat mengatakan kepada NBC bahwa lebih dari 50 orang lainnya tidak diketahui keberadaannya.
Kekhawatiran baru mengenai kelompok teror seperti ISIS yang secara aktif mencoba mengeksploitasi perbatasan selatan AS tampaknya menunjukkan perubahan signifikan dalam lanskap ancaman.
Selama bertahun-tahun, para pejabat kontraterorisme AS menyatakan tidak ada bukti bahwa ISIS atau kelompok teror Sunni lainnya yang mencoba menyusup ke AS di sepanjang perbatasannya dengan Meksiko.
Dan pada bulan November yang lalu, Direktur NCTC Christine Abizaid mengatakan kepada anggota kongres bahwa meskipun para pejabat kontraterorisme “benar-benar menyadari risikonya,” tidak ada bukti yang mendukung rencana tersebut.
“Kami tidak memiliki indikasi yang kredibel atau terkonfirmasi,” katanya kepada anggota DPR AS saat itu.
Namun sanksi AS dan Turki yang diumumkan pada awal bulan ini mungkin menunjukkan meningkatnya minat kelompok teror ISIS terhadap penyelundupan manusia.
Sanksi tersebut berfokus pada apa yang oleh Departemen Keuangan AS gambarkan sebagai jaringan penyelundupan manusia Eurasia yang memberikan dukungan bagi anggota ISIS di Turki.
Salah satu agen kuncinya, Olimkhon Ismailov, tinggal di Uzbekistan. Dan Ismailov mendapat bantuan tingkat tinggi. Kementerian Keuangan AS menuduhnya mendapat bimbingan oleh pemimpin ISIS di Republik Georgia, Adam Khamirzaev.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, Khamirzaev rupanya mengincar AS.
Emir ISIS-Georgia “memberikan panduan kepada jaringan ini mengenai berbagai kegiatan yang mendukung ISIS dan menyadari upayanya untuk memfasilitasi perjalanan ke Amerika Serikat,” kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Beberapa lembaga AS, termasuk Departemen Keamanan Dalam Negeri, FBI, dan Departemen Luar Negeri menolak menjawab pertanyaan tentang jangkauan jaringan penyelundupan manusia Eurasia yang melibatkan anggota ISIS di Turki dan Uzbekistan.
Juga tidak ada indikasi bahwa jaringan yang terkena sanksi tersebut terkait dengan jaringan yang sama dengan ISIS yang membawa delapan orang dari Tajikistan, atau ratusan migran Asia Tengah lainnya, ke AS melalui perbatasan selatan. [lt/rs]
Forum