Jenazah-jenazah yang dimutilasi disalib di alun-alun. Puluhan pria berlutut dengan mata ditutup kain sebelum ditembak mati. Tubuh-tubuh mereka secara santai dilemparkan ke selokan.
Musik yang menyeramkan dimainkan di latar belakang seiring kalimat "lari, jangan menuju wilayah ISIS" muncul di layar.
Namun video tersebut bukanlah alat kampanye perekrutan anggota dari para militan Negara Islam, atau sebelumnya disebut ISIS.
Tayangan tersebut diproduksi oleh Departemen Luar Negeri AS, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kampanye "Pikir Kembali, Berbaliklah" yang bertujuan untuk mengekspos "fakta-fakta mengenai teroris dan propaganda mereka," menurut pernyataan di halaman Facebook mereka.
"Pikir Kembali, Berbaliklah" beroperasi sebagai bagian dari Pusat Komunikasi Anti-Terorisme Strategis (CSCC), yang “secara terbuka menggunakan bahasa Arab, Urdu, Punjab dan Somali, untuk melawan propaganda teroris dan informasi yang salah mengenai Amerika Serikat dalam beragam lingkungan digital interaktif yang luas yang sebelumnya telah diserahkan pada ekstremis," menurut laman lembaga itu.
Baru-baru ini, lembaga itu mulai beraktivitas dalam Bahasa Inggris, memiliki akun-akun Facebook, YouTube, Twitter dan sarana-sarana media sosial lainnya.
CSCC telah ada sejak 2011, namun video yang mengerikan itu merupakan pendekatan baru dalam keterlibatan di Internet, terutama dalam Bahasa Inggris.
"Video itu dimaksudkan untuk menunjukkan kemunafikan sebuah organisasi yang mengklaim membela Muslim, namun pada saat yang sama juga membantai Muslim, menghancurkan warisan budaya mereka, dan menguras kesejahteraan ekonomi mereka," menurut seorang pejabat senior Deplu.
Jytte Klausen, profesor dari Brandeis University di Massachusetts dan pendiri Proyek Jihadisme Barat yang fokus pada aktivitas jihadis di Barat, mengatakan pendekatan Deplu AS sebelumnya yang lebih lunak dan menunjukkan kesejatian Islam tidak memiliki dampak besar.
"Ada fokus baru bagi orang-orang Barat. Mereka mencoba membuat kontingen turis jihad yang ingin pergi ke Suriah dan Irak untuk mengurungkan niat," ujarnya.
Erin Saltman dari Yayasan Quilliam di London, sebuah lembaga pemikiran anti-terorisme, mengatakan taktik baru AS mewakili kesadaran akan ancaman ekstremisme di dalam negeri, sebuah ketakutan yang dipicu fakta adanya warga Amerika dan Eropa yang pergi ke Suriah untuk bertempur bersama ekstremis.
Saltman mengatakan video itu dipakai sebagai "perawatan kejut" untuk membuat orang menjauh dari ISIS.
Internet barangkali merupakan salah satu tempat yang paling efektif untuk melawan pesan-pesan ekstremis karena tidak dapat dibayangkan kebangkitan gerakan jihad tanpa Internet.