Sebuah jurnal politik terkemuka di AS mengatakan Gedung Putih diam-diam telah menghentikan pengiriman bom rumpun ke sekutunya Arab Saudi, sebagai tanggapan atas serangan udara kerajaan yang didominasi Muslim Sunni itu terhadap para pemberontak Syiah di Yaman.
Majalah Foreign Policy, dalam artikel yang diterbitkan Jumat (27/5), mengutip seorang pejabat senior AS yang mengatakan pengiriman itu ditunda menyusul laporan bahwa koalisi pimpinan Saudi yang memerangi para pemberontak Houthi menggunakan amunisi yang kontroversial itu di wilayah yang ditinggali warga sipil.
Lebih dari 100 negara telah menandatangani pakta tahun 2008 yang melarang amunisi itu. Bom rumpun seringkali tidak langsung meledak ketika dijatuhkan, sehingga baru meledak dan melukai warga sipil beberapa bulan atau tahun kemudian.
Negara-negara penghasil bom rumpun terbesar termasuk AS, China dan Rusia, belum menandatangani perjanjian itu.
Langkah AS itu diambil hanya beberapa minggu setelah organisasi Human Rights Watch merilis sebuah laporan yang merinci penggunaan bom rumpun di dekat wilayah yang ditempati warga sipil di Yaman.
Gedung Putih maupun para pejabat Saudi belum mengukuhkan laporan Foreign Policy itu. [vm]