Dalam sebuah turnamen baru-baru ini di Washington, tim bola basket putri kenamaan tingkat SMA, melakukan lebih dari sekedar bermain basket.
Mereka mempelajari undang-undang yang sudah berusia 40 tahun yang membantu banyak siswi mencapai cita-cita mereka di bidang olah raga.
Nira Fields datang dari California untuk bermain dalam pertandingan itu. Ia mengatakan, “Di sini, kami harus bermain bola basket dan belajar hal-hal baru… Hal utama yang saya pelajari adalah kesetaraan dalam bidang olah raga antara perempuan dan laki-laki.”
Undang-undang Title IX tahun 1972 menetapkan, sekolah-sekolah yang mendapat dana dari pemerintah federal tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap siswa atau siswi dalam program-program, seperti olah raga.
Itu membuat perguruan-perguruan tinggi menawarkan lebih banyak bea siswa bagi atlet perempuan, memberikan mereka kesempatan mengecap pendidikan tinggi dan berkompetisi di bidang olah raga.
Tina Thompson, pencetak gol kenamaan dalam Assosiasi Bola Basket Perempuan Profesional Amerika mengatakan bea siswa telah memungkinkan dirinya kuliah di perguruan tinggi.
“Saya bersaudara lima orang, jadi kuliah di perguruan tinggi seperti Universitas Southern California adalah suatu hal di luar jangkauan saya. Maksud saya, saya kini bisa kuliah di universitas mana saja di Amerika berkat Undang-undang Title IX.”
Sejak Undang-undang Title IX diberlakukan, atlet-atlet perempuan Amerika juga meraih keberhasilan di tingkat internasional.
Amerika masuk final Kejuaraan Sepak Bola Dunia Perempuan melawan Jepang tahun lalu.
Tetapi ada juga kontroversi mengenai Undang-undang title IX. Pihak-pihak yang mengecamnya mengatakan undang-undang itu sesungguhnya mendiskriminasi atlet laki-laki dengan menekan universitas-universitas agar menawarkan program-program yang kurang banyak diminati, seperti gulat.
Banyak universitas menghapuskan sebagian tim olah raga laki-laki untuk memangkas biaya dan memastikan mereka memenuhi persyaratan Undang-undang Title IX bagi keseimbangan gender di antara program-program.
Para pendukung Undang-undang Title IX mengatakan sekolah kerap mengurangi olah raga laki-laki yang kurang diminati untuk mempertahankan program-program bola basket dan football yang mahal.
Dalam memperingati 40 tahun Undang-undang Title IX, mereka bertekad untuk terus berupaya mendapatkan sumber-sumber pendanaan lebih besar bagi olah raga perempuan.