Nadia Abdullah dari Yaman tampaknya tidak sedang mencatat sejarah.
Ia, penduduk muda Sana'a, mengenakan jilbab seluruh badan, atau niqab, menyaksikan dari jendela yang menghadap Lapangan Perubahan saat demonstrasi melawan pemerintah dimulai tahun lalu.
"Ayah saya memberi saya sebuah kamera dan berkata, “Jika terjadi serangan terhadap kaum muda," katanya, "kamu rekam dan kita bisa kirim ke media." Nadia adalah bagian dari generasi baru dari jurnalis warga (citizen journalist) yang telah membantu mengatasi pembatasan pemerintah untuk mengirimkan berita keluar dari dunia Arab.
Para pemimpin Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara telah mencoba untuk membatasi liputan media terhadap pemberontakan yang terjadi, tapi ratusan orang yang penuh tekad seperti Nadia, membuktikan mereka tak dapat dihentikan begitu saja.
Mendokumentasikan kerusuhan dari apartemennya merupakan langkah besar bagi Nadia, yang dibesarkan oleh seorang ayah yang digambarkannya sebagai seorang konservatif, bahkan lebih konservatif dari suku Hashid.
"Saya tidak membayangkan ayah saya, saudara atau keluarga saya akan menerima kenyataan bahwa saya keluar dan melakukan wawancara dengan kamera," kata Nadia. "Ini hampir mustahil dilakukan karena norma-norma dan tradisi yang tertutup dan konservatif. Adalah tidak pantas bagi perempuan untuk tampil di depan umum."
Terinspirasi oleh Revolusi
Tapi terinspirasi oleh revolusi yang berlangsung di sekelilingnya, Nadia ke luar, akhirnya bahkan dengan restu ayahnya. Ia percaya revolusi mengubah segalanya. Nadia membawa kamera amatirnya jalanan, seiring dengan pecahnya berita di seluruh Sana'a. Ia mendokumentasikan kekerasan yang dilakukan pasukan pemerintah, dari meriam air hingga peluru. Ia mengambil video mayat di jalanan, video klinik sementara yang penuh dengan orang yang terluka, video seorang pria menggendong tubuh orang yang dicintai di kamar mayat.
Hal yang paling mempengaruhinya dalah kematian seorang pengunjuk rasa muda yang ia rekam. "Peluru itu menembus kepalanya dan ia menjadi martir. Ini adalah situasi yang sangat sulit, ketika salah seorang dari kaum muda tersebut meninggal di depan mata saya," katanya.
Foto-Foto Bercerita
Kameranya juga menangkap sisi yang lebih damai dari revolusi ini. Dalam sebuah foto perempuan yang berdoa di malam hari saat bulan Ramadhan yang ia ambil, tampak seorang gadis kecil, lelah setelah menangis, terlihat nyaman dalam pelukan ibunya: pelipur lara di tengah iman.
Foto-foto lain memperlihatkan para demonstran memberikan tanda damai atau tanda kemenangan kepada tentara pemerintah, atau foto demonstran yang tidur nyenyak di kamp protes mereka sementara di bawah mereka terdapat pusaran air membanjiri.
Nadia mengatakan ia bertekad untuk menunjukkan "wajah sesungguhnya" para pengunjuk rasa yang oleh pemerintah diberikan label sebagai para preman. "Dengan kamera dan foto," katanya, "Anda bisa membungkam siapa pun."
Pada akhirnya, para pengunjuk rasa dan jurnalis warga yang menceritakan kisah mereka telah membantu menggulingkan penguasa yang telah berkuasa begitu lama. Untuk Nadia, dengan Nadia memutuskan untuk mengambil jalan karir jurnalistik, ia beserta para pengunjuk rasa dan jurnalis warga lainnya, telah membantu meruntuhkan hambatan bagi para perempuan Yaman.