Amerika Serikat dan Kanada ingin meningkatkan kerja sama dengan Indonesia untuk mengatasi perubahan iklim. Hal ini diungkapkan Staf Kedutaan Besar Amerika Serikat bidang Lingkungan Hidup, Nicholas Throckmorton dan Staf Kedutaan Besar Kanada bidang Perdagangan, Richard Bale.
Dalam diskusi di Kampus Universitas Indonesia, Depok, hari Selasa, Nicholas Throckmorton mengungkapkan seperti halnya beberapa negara lain, Amerika Serikat juga ingin terus meningkatkan kerja sama dengan Indonesia melalui berbagai program kerja dan pinjaman dana. Amerika menurutnya sangat menyadari bahwa untuk mengatasi dampak perubahan iklim tidak bisa dikerjakan hanya oleh negara bersangkutan saja, namun perlu dukungan negara lain. Ia juga menyampaikan rasa salut terhadap kerja keras pemerintah Indonesia untuk terus mengatasi masalah perubahan iklim.
“Kami sedang bekerjasama dengan Indonesia dalam masalah ini, kami sedang menjalin kerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementrian Kehutanan,” kata Throckmorton.
Sementara itu menurut Richard Bale, Kanada juga merupakan negara yang perlu kerja keras untuk mengatasi dampak perubahan iklim, karena Kanada adalah negara dingin sehingga masyarakat disana memerlukan program yang dapat menghangatkan kegiatan sehari-hari. Ia memberi contoh dibutuhkannya sumber energi dalam jumlah banyak untuk membuat pemanas di kendaraan, di rumah, di sekolah dan berbagai tempat lain.
Namun Kanada selalu berupaya secara cermat dan tepat dalam menggunakan sumber daya alam agar tetap seimbang dengan kehidupan manusia. Maka ditambahkannya, Kanada menyadari meski situasi dan kebutuhan Indonesia berbeda, tetapi Indonesia mengalami hal yang sama dengan Kanada. Oleh karena itu Kanada akan terus mendukung berbagai program yang diterapkan Indonesia untuk mengatasi perubahan iklim.
“Saya kira banyak negara memiliki tantangan yang serupa, terutama antara meningkatkan pertumbuhan ekonomi di satu sisi, dan mengatasi masalah perubahan iklim di sisi lain,” ungkap Bale.
Menurut Tulus Hutagalung, mahasisawa UI jurusan Komunikasi, pemerintah Indonesia harus mencermati setiap program kerja sama yang ditawarkan negara lain, agar tidak merugikan Indonesia. Contohnya pinjaman luar negeri untuk mengatasi perubahan iklim, pada kenyataannya juga tetap berbunga sehingga akan memberatkan negara karena terus menambah hutang luar ngeri Indonesia.
“Dalam setiap diplomasi pasti negara punya yang namanya national interest, bagaimana caranya jika negara berhubungan dengan negara lain bisa mendapatkan untung, caranya misalnya dengan kerja sama misalnya di bidang climate change, tidak ada yang murni ingin meng-cover climate change itu,” ujar Tulus Hutagalung.
Namun ia juga mengakui kondisi lingkungan hidup di Indonesia berada dalam dilema. Misalnya tentang masalah penebangan liar.
“Penyebabnya memang karena Indonesia tidak mampu secara nyata mengendalikan pembalakan liar tersebut, artinya masih ada orang-orang yang mungkin pemerintah tapi menjadi rekan-rekan para illegal logger tersebut, jadi sulit”
Menurutnya disatu sisi jika ada campur tangan asing maka akan memberatkan negara, namun kebijakan yang dibuat pemerintah juga tidak berjalan seperti yang diharapkan, termasuk penanganan penebangan hutan.