Departemen Luar Negeri Amerika mengungkapkan kekecewaannya atas rencana Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou melawat ke pulau Taiping, serta mengatakan, tindakan itu tidak mendukung penyelesaian perdamaian atas sengketa di Laut China Selatan.
“Presiden Ma Ying-jeou punya hak untuk menjelaskan pendapatnya atas isu Laut China Selatan. Kami tidak setuju dengan tindakannya yang ini. Kami menganggapnya, terus terang, sebagai tindakan yang meningkatkan ketegangan,” kata wakil juru bicara Mark Toner hari Rabu (27/1).
Taiwan menyatakan berhak atas pulau Taiping sejak 1946. Meskipun tidak menyebut apakah Taiwan akan diundang untuk ambil bagian dalam perundingan diplomatik seputar sengketa di Laut China Selatan, Toner mengatakan Amerika akan terus "mendengarkan keprihatinan mereka dan melontarkan keprihatinan mereka dalam berbagai forum yang membahas masalah ini."
Kantor Ma mengatakan, presiden akan melakukan perjalanan ke pulau Taiping Kamis (28/1), untuk bertemu dengan personil militer Taiwan yang ditempatkan di sana menjelang Tahun Baru Imlek.
Pulau ini adalah daerah yang kaya dengan sumber daya alam dan terletak di pusat perselisihan wilayah antara China dan negara-negara tetangganya Asia- Pasifik.
Taiping adalah salah satu dari banyak pulau yang terletak di kepulauan Spratly, yang diklaim oleh China dan Taiwan, serta Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei.
Taiwan telah menyelesaikan pemugaran besar fasilitas di Taiping, termasuk mercusuar baru, pelabuhan danlandasan pesawat udara yang diperpanjang. Ekspansi itu jelas ditujukan untuk mengimbangi pembangunan projek-projek secara agresif oleh China di kepulauan Spratly. [ps/jm]