Pemerintah Amerika Serikat mengatakan pihaknya merasa ngeri mendengar laporan bahwa pemerintah Suriah menewaskan puluhan warga sipil dalam serangan udara terhadap kelompok Negara Islam (ISIS) di kota besar Raqqa.
Sebuah organisasi pemantau hak asasi di Suriah mengatakan sedikitnya 95 orang tewas, termasuk paling sedikit 52 warga sipil, dalam serangan Selasa (25/11) terhadap daerah industri dan pasar yang ramai.
Dalam pernyataan Kamis, Departemen Luar Negeri Amerika mengutuk apa yang dikatakannya pelanggaran hak asasi manusia Damaskus yang terus berlangsung dan pelanggaran hukum internasional.
Departemen itu mengatakan pemerintah Suriah terus membantai kelompok sipil Suriah yang mengungkapkan lebih jauh ketidakpeduliannya terhadap nyawa manusia.
Suriah telah bertempur sejak Maret 2011 melawan kelompok-kelompok yang menentang kekuasaan Presiden Bashar al-Assad, sementara pasukan Islamis ISIS telah merebut wilayah di Suriah timur sebagai bagian dari wilayah “kekhalifahan” yang telah mereka proklamasikan sendiri yang mencakup wilayah tetangganya di Irak.
Sebelumnya bulan ini, kelompok ISIS merilis video yang menunjukkan militan memenggal kepala 18 pria yang disebut tentara Suriah.
Amerika telah meluncurkan ratusan serangan udara terhadap kelompok militan Islamis itu di Suriah dan Irak. Para pejabat Amerika mengatakan Kamis mereka sedang mengalihkan lebih banyak pesawat dari Afghanistan untuk turut dalam pertempuran melawan kelompok ISIS.
Para pejabat Angkatan Udara mengatakan satu skuadron pesawat tempur jet A-10, yang dikenal dengan nama Thunderbolts, baru-baru ini tiba di daerah itu dari Afghanistan. Pesawat A-10 dapat melakukan misi terbang rendah dengan kecepatan rendah, yang memberi pilot lebih banyak waktu untuk mengenali sasaran.
Harian New York Times juga melaporkan Kamis bahwa Washington berencana untuk mengerahkan kira-kira enam pesawat tak berawak, yang disebut Reapers, dari Afghanistan dalam beberapa pekan mendatang.