Tautan-tautan Akses

AS, Mesir dan Qatar Terus Bahas Revisi Proposal Gencatan Senjata Gaza


Delegasi AS dipimpin Menlu Antony Blinken ketika diterima oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi di Mesir untuk membahas proposal gencatan senjata di Gaza, 20 Agustus lalu (foto: dok).
Delegasi AS dipimpin Menlu Antony Blinken ketika diterima oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi di Mesir untuk membahas proposal gencatan senjata di Gaza, 20 Agustus lalu (foto: dok).

Amerika Serikat secara aktif terlibat dengan mitra utama regional, khususnya Mesir dan Qatar, untuk mengajukan revisi proposal gencatan senjata di Gaza.

Meskipun jadwal untuk proposal tersebut, yang diperkirakan akan berlangsung beberapa minggu, belum diberikan, juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan kepada wartawan pada hari Senin (16/9) bahwa Washington bekerja cepat untuk memastikan proposal tersebut mengarah pada “kesepakatan akhir” antara Israel dan Hamas.

Sebelumnya pada hari Senin (16/9), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Yair Lapid, pemimpin oposisi Israel dan mantan perdana menteri.

Setelah pertemuan di Departemen Luar Negeri, Lapid mengatakan kepada wartawan bahwa Israel membutuhkan kesepakatan tentang sandera dan mengakhiri perang di Gaza. Dia menekankan bahwa tidak ada proses politik atau pergolakan yang akan memengaruhi kesepakatan tersebut. Lapid mendesak AS untuk tidak membiarkan Hamas “menghindari kesepakatan penyanderaan.”

“Israel sebagai sebuah negara tidak akan pulih kecuali kita akan membawa mereka (para sandera yang tersisa) pulang. Ini penting bagi keberadaan kita,” kata Lapid.

Upaya kemanusiaan

Sementara itu, di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Sigrid Kaag, koordinator senior kemanusiaan dan rekonstruksi PBB untuk Gaza, memberikan laporan yang suram tentang situasi warga sipil Palestina.

“Waktu terus berlalu karena krisis kemanusiaan buatan manusia telah mengubah Gaza menjadi jurang yang dalam,” katanya. “Ini tidak akan cukup diulang: kita membutuhkan gencatan senjata segera, pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat, dan akses kemanusiaan yang berkelanjutan dan tanpa hambatan untuk mengirimkan bantuan dalam skala besar ke seluruh Jalur Gaza.”

Dia mengatakan operasi bantuan terhambat oleh permusuhan, pelanggaran hukum, dan penyangkalan serta penundaan oleh otoritas Israel.

Data dari kantor urusan kemanusiaan PBB menunjukkan bahwa jumlah truk bantuan yang masuk ke Gaza setiap hari terus menurun dari jumlah tertinggi pada bulan April, yaitu 169 truk sehari. Jumlah itu turun menjadi 69 truk sehari pada bulan Agustus, dan hanya 62 truk sehari selama sembilan hari pertama bulan September.

Israel membantah menghalangi pengiriman bantuan.

“Kami telah berbuat lebih dari kewajiban kami, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan penduduk sipil yang berada di dalam wilayah musuh,” kata Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon. [lt/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG