Amerika Serikat, Jumat (1/2) mengumumkan pihaknya mundur dari perjanjian yang telah berjalan beberapa dekade, yang melarang penggunaan seluruh kelas senjata nuklir. Ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan sejumlah analis bahwa langkah itu dapat memicu lagi perlombaan senjata.
Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengatakan mulai 2 Februari, Washington berhenti mematuhi Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) Amerika-Rusia, yang berlaku sejak Perang Dingin. Amerika menuduh Rusia melanggar perjanjian itu, yang melarang beberapa jenis rudal jelajah yang diluncurkan dari darat. Rusia membantah tuduhan tersebut.
Perjanjian tersebut adalah pakta pengendalian senjata pertama dunia yang melarang seluruh kelas senjata nuklir, khususnya rudal jelajah yang diluncurkan dari darat dengan daya jangkau hingga 5.500 kilometer.
Pompeo mengatakan kepada wartawan hari Jumat di Departemen Luar Negeri bahwa Amerika akan mengirimkan pemberitahuan resmi kepada Rusia mengenai penarikan mundurnya dari perjanjian INF dalam enam bulan apabila Rusia tidak kembali mematuhi perjanjian tersebut.
Penarikan mundur Amerika dari perjanjian itu telah diperkirakan selama berbulan-bulan, mengingat perselisihan yang belum terselesaikan dengan Moskow. “Tugas kita adalah menanggapinya dengan tepat,” kata Pompeo kepada para wartawan.
Penarikan itu juga diputuskan karena kekhawatiran Amerika bahwa China, yang bukan merupakan pihak dalam perjanjian itu, mendapatkan keuntungan secara militer karena mengerahkan misil yang daya jelajahnya melampaui batas dalam perjanjian tersebut.
Pompeo telah mengatakan pada Desember lalu bahwa Amerika akan memberi waktu 60 hari kepada Rusia untuk mematuhi kembali perjanjian INF. Tenggat itu akan berakhir hari Sabtu, tetapi Amerika mengumumkan penarikan mundurnya hari Jumat, dengan mengatakan upaya-upaya merundingkan suatu kesepakatan mengenai perjanjian kepatuhan tidak berhasil. [uh]