Amerika Serikat “prihatin” akan aksi kekerasan di Yerusalem, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel hari Kamis (6/4). Ia mengatakan, pemerintah berkomunikasi rutin dengan mitranya, Israel, dan pihak berwenang Palestina.
Kepolisian Israel bentrok dengan warga Palestina di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem hari Rabu (5/4), kata sejumlah saksi mata, beberapa jam setelah penggerebekan polisi Israel di kompleks itu berujung pada penangkapan dan pengusiran lebih dari 350 orang.
Konfrontasi itu terjadi di tengah bulan suci Ramadan menjelang hari raya Peskah Yahudi, memicu aksi saling tembak lintas-batas di Gaza dan kekhawatiran akan aksi kekerasan lebih lanjut.
Pada hari Kamis, lebih dari 30 roket ditembakkan dari Lebanon ke Israel, kata militer Israel, di tengah meningkatnya ketegangan setelah penggerebekan di Masjid Al-Aqsa.
Dalam jumpa pers harian di Departemen Luar Negeri, Patel mengatakan, Amerika Serikat mengutuk serangan roket dari Lebanon, dan menambahkan bahwa “Israel memiliki kekhawatiran keamanan yang sah dan berhak mempertahankan diri dari semua kekhawatiran keamanan sah ini.”
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berencana mengadakan pertemuan dengan kabinet keamanannya untuk memutuskan tanggapan apa yang akan diberikan terhadap serangan tersebut, yang merupakan serangan roket terbesar dari Lebanon ke Israel sejak 2006, ketika Israel berperang melawan kelompok Hizbullah Lebanon yang bersenjata lengkap. [rd/lt]
Forum