Juru bicara Pentagon, John Kirby, hari Minggu (11/7) mengatakan Amerika “menyaksikan dengan keprihatinan mendalam” ketika para pemberontak Taliban merebut semakin banyak wilayah di Afghanistan, sementara pasukan Amerika dengan cepat kembali ke tanah air sesuai perintah Presiden Joe Biden.
“Inilah saatnya bagi pasukan pemerintah Afghanistan untuk maju dan membela negara mereka,” ujar Kirby dalam acara “Fox News Sunday.” “Ini saat untuk mengambil tanggung jawab.”
Selama hampir dua dekade Amerika telah memasok Afghanistan dengan persenjataan bernilai miliaran dolar untuk mempertahankan diri, tetapi dengan perintah penarikan mundur pasukan Amerika dari negara itu selambat-lambatnya pada 31 Agustus maka kendali atas negara itu semakin tidak pasti.
Pemberontak Taliban mengatakan mereka telah menguasai 85% wilayah negara itu, klaim yang dibantah. Namun Kirby tidak membantah evaluasi Fox News bahwa 13 juta warga Afghanistan hidup di bawah kendali Taliban, 10 juta di bawah pemerintahan Afghanistan dan sembilan juta lainnya di wilayah-wilayah yang kini diperebutkan.
Amerika pertama kali menginvasi negara itu pada tahun 2001, dengan menyerbu pangkalan-pangkalan di mana teroris Al Qaeda berlatih untuk membajak pesawat-pesawat penumpang dan menyerang World Trade Center di New York dan Pentagon di Washington DC, yang menewaskan hampir 3.000 orang.
Kirby mengatakan meskipun pasukan Amerika telah mundur, namun para komandan Amerika masih dapat memberi nasehat kepada pasukan Afghanistan dari pangkalan-pangkalan di negara lain. Tetapi hampir semua pasukan Amerika dan NATO sudah meninggalkan Afghanistan. Seluruh personil akan pulang selambat-lambatnya pada akhir Agustus nanti.
Biden pekan lalu membela keputusan menarik pasukan Amerika, meskipun di tengah kemajuan cepat Taliban merebut wilayah-wilayah di Afghanistan. “Kita tidak berangkat ke Afghanistan untuk membangun negara itu,” ujar Biden di Gedung Putih. “Merupakan hak dan kewajiban warga Afghanistan sendiri untuk memutuskan masa depan mereka dan bagaimana mereka ingin mengelola negara mereka.”
Ia menggambarkan penarikan mundur pasukan itu sebagai proses yang “berjalan aman dan teratur.” [em/jm]