Amerika "sangat khawatir" dengan peningkatan tekanan resmi terhadap media oposisi di Turki, menyusul penahanan hari Senin (31/10) atas seorang staf senior Cumhuriyet, salah satu harian yang paling dihormati di Turki.
Meskipun AS mendukung upaya Ankara untuk mencari mereka yang bertanggung jawab atas upaya kudeta yang gagal pada 15 Juli, penutupan terhadap bertambah banyak media dan penahanan terhadap semakin banyak wartawan pada akhir pekan mengkhawatirkan, kata Departemen Luar Negeri Amerika.
Penahanan pemimpin redaksi Cumhuriyet, Murat Sabuncu dan staf senior lainnya menyusul pemecatan lebih dari 10.000 pegawai negeri sipil, akademisi, guru dan petugas kesehatan pada hari Sabtu. Lebih dari selusin media juga ditutup akhir pekan lalu.
Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada sekelompok kecil media hari Senin, bahwa dalam jangka panjang, perkembangan selama akhir pekan ini "lebih memprihatinkan" karena "presiden ikut dalam proses pemilihan untuk semua rektor universitas di Turki."
Mereka yang ditahan dituduh melanggar undang-undang anti-teror Turki dan memberi dukungan kepada kelompok pemberontak Kurdi, atau pengikut ulama Islam, Fethullah Gulen.
Gulen yang tinggal di Amerika dituduh oleh pemerintah Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mendalangi upaya kudeta gagal itu. Gulen membantah terlibat.
Pejabat senior tadi yang tidak mau disebut namanya mengatakan, bagi banyak orang Turki, kudeta tersebut adalah seperti serangan teroris 11 September di AS. [ps/al]