Perdana Menteri Qatar mengatakan pada hari Senin (29/1) bahwa perundingan yang dilakukan kepala intelijen AS, Israel dan Mesir di Eropa akhir pekan lalu untuk mencapai kesepakatan baru tentang pembebasan sandera dalam perang Israel-Hamas mengalami kemajuan yang baik.
Dalam acara webinar yang digelar Atlantic Council, Perdana Menteri Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim al Thani berharap dapat membawa kerangka kesepakatan itu kepada Hamas.
“Kami sesungguhnya berharap dapat menyampaikan proposal ini kepada Hamas dan mendorong mereka agar dapat terlibat secara positif dan konstruktif dalam proses ini,” ujarnya.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga menyambut baik perkembangan terbaru perundingan itu. Dalam konferensi pers bersama Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg hari Senin, Blinken mengatakan bahwa proposal kesepakatan terbaru “kuat” dan “menggugah.”
Ia juga menyatakan bahwa terdapat keselarasan di antara negara-negara yang terlibat dalam negosiasi.
“Tapi Hamas nantinya harus membuat keputusannya sendiri. Saya dapat katakan kepada Anda sekali lagi bahwa terdapat keselarasan yang kuat di antara negara-negara yang terlibat, yang membuat proposal ini bagus dan kuat. Upaya yang dilakukan akhir pekan lalu, termasuk oleh Direktur CIA Bill Burns, penting untuk membantu memajukan proposal ini,” kata Blinken.
Burns bertemu dengan Sheikh Mohammed, kepala dinas intelijen Israel Mossad dan kepala intelijen Mesir pada hari Minggu (28/1). Israel, Qatar dan AS menyebut pertemuan itu konstruktif, meski masih terdapat sejumlah ketidaksepahaman besar.
Blinken dan al Thani sendiri bertemu pada hari Senin di Departemen Luar Negeri AS.
Juru bicara dewan keamanan nasional AS, John Kirby, pada Senin mengatakan bahwa Washington sedang mengupayakan jeda kemanusiaan yang cukup untuk membebaskan sejumlah besar sandera di Gaza.
Kirby juga memastikan bahwa proses perundingan kesepakatan pembebasan sandera itu tidak akan terganggu oleh tindakan balasan AS atas serangan drone militan yang didukung Iran, yang menewaskan tiga tentara AS dan melukai puluhan lainnya di Yordania.
Qatar dan Mesir menjalin komunikasi secara terbuka baik dengan Israel maupun Hamas. Keduanya juga menjadi perantara gencatan senjata selama tujuh hari November lalu, di mana Hamas membebaskan lebih dari 100 sandera dari 253 orang yang diculik dari Israel pada serangan 7 Oktober lalu, yang memicu kembali perang di Gaza.
Sebagai imbalannya, Israel menyetujui peningkatan jumlah bantuan ke wilayah kantong yang hancur lebur itu dan membebaskan sejumlah tahanan Palestina.
Lebih dari 100 warga Israel diyakini masih disandera di Gaza.
Sementara itu, sejak Oktober, serangan militer Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 25.000 orang dan memaksa lebih dari dua juta warga Gaza mengungsi di tengah kelangkaan pangan, air dan obat-obatan. [rd/jm]
Forum