Tautan-tautan Akses

AS: Rusia dan China Bawa Ruang Angkasa ke Wilayah yang Berbahaya 


Roket Gravity-1, yang dibangun oleh perusahaan asal China Orienspace, lepas landas dari sebuah kapal di pesisir Haiyang, provinsi Shandong, China, pada 11 Januari 2024. (Foto: China Daily via Reuters)
Roket Gravity-1, yang dibangun oleh perusahaan asal China Orienspace, lepas landas dari sebuah kapal di pesisir Haiyang, provinsi Shandong, China, pada 11 Januari 2024. (Foto: China Daily via Reuters)

Badan intelijen dan militer AS memperingatkan bahwa Rusia dan China semakin dekat pada upaya untuk meluncurkan senjata berbasis ruang angkasa, yang bisa berimplikasi luas terhadap kemampuan Amerika Serikat untuk mempertahankan diri.

Menurut AS yang semakin menambah kekhawatiran adalah meningkatnya keinginan kedua negara untuk mengesampingkan kecurigaan dan permusuhan yang sudah berlangsung lama demi mengungguli Amerika Serikat.

“Saya akan menyoroti… meningkatnya niat untuk menggunakan kemampuan angkasa luar… Baik Rusia maupun China mempertimbangkan penggunaan ruang angkasa sejak dini, bahkan sebelum konflik, sebagai kemampuan penting untuk mencegah atau memaksakan perilaku. Kita harus siap,” ungkap Direkrut Badan Intelijen Pertahanan AS, Letnan Jenderal Jeff Kruse, saat berbicara di Forum Keamanan Aspen Tahunan pada Rabu (17/7).

Kekhawatiran tentang keamanan ruang angkasa meningkat pada awal tahun ini, ketika Ketua Komite Intelijen DPR AS Mike Turner menyerukan deklasifikasi “seluruh informasi” terkait apa yang disebut sebagai kemampuan anti-satelit baru Rusia yang melibatkan senjata nuklir.

Baru-baru ini, Turner telah memperingatkan bahwa AS sedang “terperosok” menuju sebuah bencana, karena Rusia hampir memiliki kemampuan untuk meledakkan senjata nuklir di luar angkasa, dan hal itu akan menimbulkan kerugian besar pada militer dan ekonomi AS.

Gedung Putih telah berulang kali memberikan tanggapan bahwa pejabat AS sudah mengetahui rencana Rusia itu, dan bahwa Moskow belum mengerahkan kemampuan nuklir berbasis ruang angkasa.

Sikap itu kembali ditegaskan Kruse pada Rabu, dengan tambahan peringatan. “Kami telah melacak selama hampir satu dekade niat Rusia untuk merancang kemampuan menempatkan senjata nuklir di angkasa luar,” ungkapnya. “Mereka telah membuat kemajuan sampai pada titik di mana kami rasa mereka sudah semakin dekat.”

Rusia “tidak berniat untuk memperlambat diri, dan sampai akhirnya mendapat ganjaran, mereka tidak akan melambat.”

Pejabat Rusia dan China tidak merespons permohonan tanggapan yang VOA layangkan terkait tuduhan AS, tapi kedua negara itu telah berulang kali menolak kritikan Amerika terkait kebijakan ruang angkasa mereka.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada Mei lalu menepis kekhawatiran AS mengenai upaya Moskow untuk menempatkan senjata nuklir di ruang angkasa dan menyebutnya sebagai “berita bohong.”

Meskipun mengakui adanya beberapa “kesulitan” terkait hubungan China-AS di ruang angkasa, Kedutaan Besar China di Washington menolak anggapan bahwa Beijing bertindak agresif di angkasa luar.

“China selalu mendukung penggunaan ruang angkasa secara damai, menentang upaya untuk mempersenjatai ruang angkasa atau perlombaan senjata di ruang angkasa, serta berupaya secara aktif untuk mewujudkan visi membangun sebuah komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia di ruang angkasa,” kata Juru Bicara Liu Pengyu kepada VOA melalui email.

“AS telah merangkai narasi tentang apa yang disebut sebagai ancaman yang ditimbulkan oleh China di ruang angkasa, sebagai upaya untuk membenarkan pembangunan militernya demi mewujudkan hegemoni angkasa luar,” kata Liu. “Ini hanyalah contoh lain betapa AS bepegang teguh pada mentalitas Perang Dingin dan mengelak dari tanggung jawab.”

Terlepas dari sikap Beijing di muka umum, Kruse mengatakan bahwa ekspansi cepat China ke bidang antariksa juga sama mengkhawatirkannya.

“Mereka berada di berbagai orbit yang belum pernah mereka jelajahi sebelumnya,” katanya kepada hadirin di Aspen, Colorado. Ia memperingatkan bahwa Beijing telah banyak berinvestasi dalam senjata energi terarah, kemampuan peperangan elektronik dan teknologi anti-satelit.

“China adalah satu-satunya negara yang memiliki doktrin ruang angkasa, strategi antariksa, yang bahkan melebihi Amerika Serikat, dan mereka melatih dan mempraktikkan penggunaan ruang angkasa dan kemampuan counterspace (persenjataan dan operasi di ruang angkasa, red.) dengan cara yang unik,” ungkapnya.

Jenderal yang bertanggung jawab atas Komando Ruang Angkasa AS bahkan menggambarkan ancaman China secara lebih jelas.

“China sedang membangun jaringan mematikan di ruang angkasa,” kata Jenderal Stephen Whiting, yang berbicara bersama Kruse di konferensi Aspen.

“Dalam enam tahun terakhir, mereka telah melipattigakan jumlah satelit intelijen, pengawasan dan pengintaian yang mereka miliki di orbit – ratusan satelit, sekali lagi, dibuat dan dirancang khusus untuk menemukan, memperbaiki, melacak target dan, ya, berpotensi menyerang pasukan AS dan sekutu di seluruh Indo-Pasifik,” tambahnya.

Whiting juga menyampaikan kekhawatirannya mengenai kurangnya komunikasi militer yang jelas dengan China mengenai ruang angkasa.

“Kami ingin mempunyai cara untuk berbicara dengan mereka mengenai keselamatan ruang angkasa seiring penempatan lebih banyak satelit mereka di orbit,” ujarnya, “sehingga kami bisa beroperasi secara efektif dan tidak terjadi miskomunikasi atau tindakan yang tidak diinginkan yang menyebabkan kesalahpahaman.” [rd/em]

Forum

XS
SM
MD
LG