Amerika menarik semua pasukan yang tersisa dari Suriah utara, dan pada Minggu (13/10) Presiden AS Donald Trump mengatakan, “Ini sangat langkah yang sangat pandai” untuk tidak terlibat dalam pertempuran yang dipicu oleh serangan Turki terhadap mitra Amerika, milisi Kurdi.
Menhan Mark Esper memberitahu di Fox News Sunday bahwa Trump Sabtu malam memerintahkan “penarikan yang disengaja” dari 1.000 pasukan Amerika yang masih ada di Suriah utara. Kata Esper, pejabat Amerika khawatir pasukan Amerika akan jadi korban ketika pasukan Turki menyerang milisi Kurdi, yang oleh Turki dianggap teroris, tetapi oleh pihak Barat dinilai mitra utama dalam perang melawan ISIS.
Televisi pemerintah Suriah mengatakan, pasukan Suriah sudah bergerak ke utara menuju perbatasan untuk “mengkonfrontir agresi Turki,” tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Seorang juru bicara untuk pengelola kota Kobani yang dikuasai milisi Kurdi mengatakan, SDF atau Pasukan Demokratik Suriah sudah mencapai kesepakatan dengan pasukan Suriah yang akan ditempatkan di tiga titik di dalam atau dekat kota.
Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan kepada Turki agar mengakhiri serangannya.
“Kami tidak bisa menerima situasi serangan terhadap milisi Kurdi ini,” kata kedua pemimpin itu. (jm/ii)