Diplomat-diplomat tertinggi Amerika berusaha keras menyelamatkan perundingan perdamaian dengan Taliban setelah penolakan keras oleh pemerintah Afghanistan.
Jurubicara Departemen Luar Negeri Amerika Jen Psaki mengatakan, Menteri Luar Negeri John Kerry telah berbicara dua kali dengan presiden Afghanistan Hamid Karzai untuk meredakan keprihatinannya.
Perundingan pendahuluan antara Amerika dan Taliban sedianya dibuka hari Kamis di Doha, Qatar, tetapi kini tanggal dimulainya perundingan itu tidak jelas.
Karzai, yang tampaknya gusar oleh dibukanya kantor Taliban bidang politik pekan ini di Doha, membatalkan pembicaraan dengan Amerika mengenai kesepakatan yang mengatur kehadiran Amerika di negara itu setelah pasukan NATO ditarik mundur tahun 2014.
Keberatan Karzai terfokus pada cara Taliban meresmikan kantor barunya hari Selasa di Doha, dengan papan nama yang menyebut fasilitas itu sebagai “Kantor Emirat Islam Afghanistan.”
Utusan Afghanistan di PBB, Zahir Tanin, mengatakan negaranya tidak mengakui “hal semacam Emirat Taliban” itu.
Dalam sebuah pernyataan hari Kamis, dia juga menyebut keputusan awal Taliban untuk mengibarkan benderanya di kantornya di Doha “mengingatkan masa lalu yang gelap dan berlumur darah yang sampai sekarang negara kami masih berjuang untuk keluar dari keadaan semacam itu.”
Sebelumnya, Kabul mengatakan keputusan Amerika untuk bertemu dengan pihak militan dalam suasana resmi di luar Afghanistan merongrong peran pemerintah Afghanistan.
Sampai Kamis pagi, belum jelas apa dampak perubahan itu terhadap pembicaraan perdamaian, yang ditegaskan Karzai harus dipimpin Afghanistan.
Di Islamabad hari Kamis (20/6), jurubicara Kementerian Luar Negeri Pakistan, Azizaz Ahmed Chaudry mengatakan negaranya telah melakukan pembicaraan dengan Afghanistan dan Amerika Serikat, dan mendukung proses Rekonsiliasi Afghanistan.
Jurubicara Departemen Luar Negeri Amerika Jen Psaki mengatakan, Menteri Luar Negeri John Kerry telah berbicara dua kali dengan presiden Afghanistan Hamid Karzai untuk meredakan keprihatinannya.
Perundingan pendahuluan antara Amerika dan Taliban sedianya dibuka hari Kamis di Doha, Qatar, tetapi kini tanggal dimulainya perundingan itu tidak jelas.
Karzai, yang tampaknya gusar oleh dibukanya kantor Taliban bidang politik pekan ini di Doha, membatalkan pembicaraan dengan Amerika mengenai kesepakatan yang mengatur kehadiran Amerika di negara itu setelah pasukan NATO ditarik mundur tahun 2014.
Keberatan Karzai terfokus pada cara Taliban meresmikan kantor barunya hari Selasa di Doha, dengan papan nama yang menyebut fasilitas itu sebagai “Kantor Emirat Islam Afghanistan.”
Utusan Afghanistan di PBB, Zahir Tanin, mengatakan negaranya tidak mengakui “hal semacam Emirat Taliban” itu.
Dalam sebuah pernyataan hari Kamis, dia juga menyebut keputusan awal Taliban untuk mengibarkan benderanya di kantornya di Doha “mengingatkan masa lalu yang gelap dan berlumur darah yang sampai sekarang negara kami masih berjuang untuk keluar dari keadaan semacam itu.”
Sebelumnya, Kabul mengatakan keputusan Amerika untuk bertemu dengan pihak militan dalam suasana resmi di luar Afghanistan merongrong peran pemerintah Afghanistan.
Sampai Kamis pagi, belum jelas apa dampak perubahan itu terhadap pembicaraan perdamaian, yang ditegaskan Karzai harus dipimpin Afghanistan.
Di Islamabad hari Kamis (20/6), jurubicara Kementerian Luar Negeri Pakistan, Azizaz Ahmed Chaudry mengatakan negaranya telah melakukan pembicaraan dengan Afghanistan dan Amerika Serikat, dan mendukung proses Rekonsiliasi Afghanistan.