KUALA LUMPUR —
Kabut asap kembali menyelimuti beberapa bagian Malaysia Senin (22/7), beberapa minggu setelah wilayah ini menderita polusi terburuk dari kebakaran hutan di Indonesia dalam lebih dari satu dekade.
Tiga daerah, dua di selatan negara bagian Malaka dan ketiga di Selangor dekat ibukota Kuala Lumpur, mencatat kualitas udara “tidak sehat” dengan angka di atas 100, menurut Departemen Lingkungan Hidup.
Di Malaysia, Indeks Pencemar Udara pada angka 100-200 dianggap “tidak sehat.” Pembacaan pada wilayah lain di negara tersebut adalah di bawah 100 atau pada tingkat-tingkat “moderat.”
Seorang pejabat departemen mengatakan kabut asap tersebut, disebabkan oleh api di pulau Sumatra akibat metode penebangan dan pembakaran lahan untuk ditanam, diperkirakan akan berlanjut selama dua sampai tiga hari sebelum hujan akhirnya menepis asap.
Malaysia dan Singapura bulan lalu menghadapi asap terburuk dalam lebih dari satu dekade, dengan pembacaan lebih dari 300 tingkat kualitas udara “berbahaya” di beberapa bagian Malaysia.
Polusi tersebut membuat turis-turis ketakutan, memaksa sekolah-sekolah untuk tutup dan menyebabkan peningkatan jumlah sakit pernafasan.
Langit di Singapura sendiri cerah pada Senin (22/7), dengan Indeks Standar Pencemar ada di tingkat “baik.”
Menteri Lingkungan Hidup Vivian Balakrishnan mengatakan meski Singapura tidak mendapat asap karena arah angin saat ini, negara tersebut telah menghubungi pemerintah Indonesia dan pusat koordinasi ASEAN “untuk menyampaikan keprihatinan besar kami.”
Ia menambahkan bahwa pemerintah akan bekerja dengan para LSM untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan dengan lahan konsesi yang terimbas api.
“Kami ingin perusahaan-perusahaan dan pihak berwenang di Indonesia untuk melakukan bagian mereka untuk memadamkan api-api ini.. Kami perlu bersikap waspada,” ujarnya dalam pernyataan tertulis. (AFP)
Tiga daerah, dua di selatan negara bagian Malaka dan ketiga di Selangor dekat ibukota Kuala Lumpur, mencatat kualitas udara “tidak sehat” dengan angka di atas 100, menurut Departemen Lingkungan Hidup.
Di Malaysia, Indeks Pencemar Udara pada angka 100-200 dianggap “tidak sehat.” Pembacaan pada wilayah lain di negara tersebut adalah di bawah 100 atau pada tingkat-tingkat “moderat.”
Seorang pejabat departemen mengatakan kabut asap tersebut, disebabkan oleh api di pulau Sumatra akibat metode penebangan dan pembakaran lahan untuk ditanam, diperkirakan akan berlanjut selama dua sampai tiga hari sebelum hujan akhirnya menepis asap.
Malaysia dan Singapura bulan lalu menghadapi asap terburuk dalam lebih dari satu dekade, dengan pembacaan lebih dari 300 tingkat kualitas udara “berbahaya” di beberapa bagian Malaysia.
Polusi tersebut membuat turis-turis ketakutan, memaksa sekolah-sekolah untuk tutup dan menyebabkan peningkatan jumlah sakit pernafasan.
Langit di Singapura sendiri cerah pada Senin (22/7), dengan Indeks Standar Pencemar ada di tingkat “baik.”
Menteri Lingkungan Hidup Vivian Balakrishnan mengatakan meski Singapura tidak mendapat asap karena arah angin saat ini, negara tersebut telah menghubungi pemerintah Indonesia dan pusat koordinasi ASEAN “untuk menyampaikan keprihatinan besar kami.”
Ia menambahkan bahwa pemerintah akan bekerja dengan para LSM untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan dengan lahan konsesi yang terimbas api.
“Kami ingin perusahaan-perusahaan dan pihak berwenang di Indonesia untuk melakukan bagian mereka untuk memadamkan api-api ini.. Kami perlu bersikap waspada,” ujarnya dalam pernyataan tertulis. (AFP)