Para menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara didesak agar mempercepat pembicaraan dengan Tiongkok mengenai aturan perilaku yang mengikat di Laut Cina Selatan pada awal pertemuan tahunan mereka di Bali hari ini.
Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengucapkan hal itu dalam pidato utama untuk membuka pertemuan tingkat menteri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.
Yudhoyono mengemukakan sudah sembilan tahun berlalu sejak ASEAN dan Tiongkok menyetujui pada prinsipnya untuk merundingkan persetujuan penyelesaian sengketa yang disebabkan oleh klaim wilayah yang tumpang-tindih di jalur pelayaran yang kaya migas itu. Ia mengatakan kemajuan tidak harus selambat ini.
Ketegangan atas laut tersebut telah meruncing dalam bulan-bulan belakangan ini sementara negara-negara meningkatkan eksplorasi minyak, terutama dekat Kepulauan Spratly yang diklaim seluruhnya atau sebagian oleh enam negara.
Yudhoyono mengatakan kemajuan dalam aturan tingkah laku akan menandakan dengan kuat kepada dunia bahwa masa depan kawasan itu dapat diramalkan, dikelola dan optimistis.