Presiden Suriah Bashar al-Assad adalah kandidat ketujuh yang mencalonkan diri dalam yang disebut sebagai pemilu presiden multi-kandidat pertama di Suriah pada tanggal 3 Juni 2014 mendatang.
Ketua Parlemen Jihad al Laham mengumumkan bahwa Presiden Assad mencalonkan diri lagi sebagai presiden untuk masa jabatan ketiga kalinya. Tidak ada kandidat yang diperkirakan akan menjadi tantangan serius.
Masing-masing kandidat, termasuk Assad, harus mendapat dukungan dari 35 anggota parlemen untuk berkompetisi secara resmi dalam pemilu.
Kandidat juga harus tinggal di negara itu selama sepuluh tahun terakhir, sehingga mencegah semua pemimpin oposisi di pengasingan untuk mencalonkan diri.
Kepala komisi pemilu Suriah, Hisham Sha'ar, mengatakan kepada surat kabar milik pemerintah hari Senin bahwa warga Suriah yang meninggalkan negara itu "secara ilegal" lewat pos-pos perbatasan tidak resmi, tidak akan diperbolehkan untuk memilih. Jutaan warga Suriah telah lari semasa perang saudara, yang kini memasuki tahun keempat, lewat pos-pos perbatasan darurat.
Setelah pengumuman pencalonan Assad, televisi pemerintah Suriah menayangkan video rekaman berisi pesan dari para pemuka agama di negara itu, mendorong warga untuk memilih.
Tokoh-tokoh oposisi di luar Suriah mengecam keputusan Assad untuk mencalonkan diri, menyebutnya "lelucon" dan "sandiwara." Perundingan perdamaian di Jenewa gagal bulan Februari karena oposisi berkeras bahwa Assad harus mundur namun presiden bersikukuh tetap menjabat.
Pengamat Timur Tengah Nadim Shehadi dari Chatham House di London mengatakan kepada VOA bahwa keputusan Assad untuk mencalonkan diri lagi telah diduga sejak lama.
Nadim mengatakan, "Kami sudah menduga sebelumnya, dan dia selalu mengatakan akan melakukannya. Jadi, saya rasa tidak ada pihak yang terkejut dan tidak ada yang terkejut kalau dia menang dan bahkan menang dengan mayoritas besar, karena itulah yang telah dilakukan rezimnya selama 50 tahun terakhir dan karena itulah terjadi revolusi di Suriah."
Bashar al-Assad menjabat sejak tahun 2000 menyusul kematian ayahnya, yang telah menguasai Suriah selama 30 tahun. Pada awal tahun 2011, penindasan terhadap protes-protes damai menentang kekuasaan Assad berubah menjadi perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 150.000 orang.
Assad dan para pembantunya dalam beberapa pekan terakhir telah menyatakan keyakinannya bahwa pasukannya akan memenangkan pertempuran melawan oposisi bersenjata. Pemimpin Hizbullah Lebanon Sheikh Hassan Nasrallah, yang pasukannya telah membantu Assad dalam pertempuran, berkeras dalam wawancara baru-baru ini bahwa "pemberontak tidak dapat menumbangkan rezim, dan hanya mengobarkan perang atrisi."
Ketua Parlemen Jihad al Laham mengumumkan bahwa Presiden Assad mencalonkan diri lagi sebagai presiden untuk masa jabatan ketiga kalinya. Tidak ada kandidat yang diperkirakan akan menjadi tantangan serius.
Masing-masing kandidat, termasuk Assad, harus mendapat dukungan dari 35 anggota parlemen untuk berkompetisi secara resmi dalam pemilu.
Kandidat juga harus tinggal di negara itu selama sepuluh tahun terakhir, sehingga mencegah semua pemimpin oposisi di pengasingan untuk mencalonkan diri.
Kepala komisi pemilu Suriah, Hisham Sha'ar, mengatakan kepada surat kabar milik pemerintah hari Senin bahwa warga Suriah yang meninggalkan negara itu "secara ilegal" lewat pos-pos perbatasan tidak resmi, tidak akan diperbolehkan untuk memilih. Jutaan warga Suriah telah lari semasa perang saudara, yang kini memasuki tahun keempat, lewat pos-pos perbatasan darurat.
Setelah pengumuman pencalonan Assad, televisi pemerintah Suriah menayangkan video rekaman berisi pesan dari para pemuka agama di negara itu, mendorong warga untuk memilih.
Tokoh-tokoh oposisi di luar Suriah mengecam keputusan Assad untuk mencalonkan diri, menyebutnya "lelucon" dan "sandiwara." Perundingan perdamaian di Jenewa gagal bulan Februari karena oposisi berkeras bahwa Assad harus mundur namun presiden bersikukuh tetap menjabat.
Pengamat Timur Tengah Nadim Shehadi dari Chatham House di London mengatakan kepada VOA bahwa keputusan Assad untuk mencalonkan diri lagi telah diduga sejak lama.
Nadim mengatakan, "Kami sudah menduga sebelumnya, dan dia selalu mengatakan akan melakukannya. Jadi, saya rasa tidak ada pihak yang terkejut dan tidak ada yang terkejut kalau dia menang dan bahkan menang dengan mayoritas besar, karena itulah yang telah dilakukan rezimnya selama 50 tahun terakhir dan karena itulah terjadi revolusi di Suriah."
Bashar al-Assad menjabat sejak tahun 2000 menyusul kematian ayahnya, yang telah menguasai Suriah selama 30 tahun. Pada awal tahun 2011, penindasan terhadap protes-protes damai menentang kekuasaan Assad berubah menjadi perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 150.000 orang.
Assad dan para pembantunya dalam beberapa pekan terakhir telah menyatakan keyakinannya bahwa pasukannya akan memenangkan pertempuran melawan oposisi bersenjata. Pemimpin Hizbullah Lebanon Sheikh Hassan Nasrallah, yang pasukannya telah membantu Assad dalam pertempuran, berkeras dalam wawancara baru-baru ini bahwa "pemberontak tidak dapat menumbangkan rezim, dan hanya mengobarkan perang atrisi."