Assad menyalahkan Amerika Serikat, Arab Saudi, Turki dan Qatar karena memperpanjang konflik dengan dukungan mereka terhadap pemberontak yang berupaya menggulingkan pemerintahnya. Perang saudara itu telah menewaskan ratusan ribu orang dan membuat jutaan orang lainnya mengungsi.
Ia menolak tuduhan bahwa jet-jet tempur Suriah atau Rusia menyerang sebuah konvoi bantuan kemanusiaan, sehingga menewaskan 20 orang, hari Senin di dekat Aleppo.
Assad mengatakan kepada Associated Press, dalam wawancaranya yang jarang dengan kantor berita Barat, Rabu di istananya di Damaskus bahwa apapun yang dikatakan para pejabat Amerika “tidak dapat dipercaya” dan “bohong belaka.” Seperti Suriah, Rusia juga membantah telah menghantam sebuah gudang sewaktu para petugas bantuan membongkar muatan.
Assad juga mengklaim bahwa serangan-serangan udara maut Amerika terhadap pasukan Suriah pekan lalu disengaja, seraya menolak pernyataan Amerika bahwa serangan itu merupakan kecelakaan.
“Ini bukan kecelakaan oleh satu pesawat,” ujarnya. “Ada empat pesawat yang terus menyerang posisi-posisi pasukan Suriah selama hampir satu jam, atau satu jam lebih sedikit. Ini bukan kekeliruan kalau melakukannya selama satu jam lebih.”
Ia juga menyalahkan Amerika Serikat atas hampir ambruknya gencatan senjata yang paling baru. Pemimpin Suriah itu berpendapat Amerika Serikat tidak memiliki “kemajuan” untuk bergabung dengan Rusia dalam memerangi ekstremis di negara itu, meskipun Amerika Serikat telah dua tahun melancarkan ribuan serangan udara dengan target-target ISIS di dalam wilayah Suriah dan di Irak. [uh/ab]