Tautan-tautan Akses

Australia-China Terbentur Sengketa Rasisme Terkait Covid-19


Wakil PM Australia Michael McCormack berusaha menepiskan adanya kekerasan terhadap warga Asia, terutama keturunan Tionghoa, di Australia (foto: dok).
Wakil PM Australia Michael McCormack berusaha menepiskan adanya kekerasan terhadap warga Asia, terutama keturunan Tionghoa, di Australia (foto: dok).

Australia mempertanyakan saran pemerintah China yang mendesak warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Australia. Beijing menyebut terjadinya lonjakan rasisme di Australia selama pandemi virus corona. Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan China telah mengeluarkan sebuah peringatan dan menegaskan bahwa ada ‘peningkatan yang signifikan’ dalam serangan bernada rasisme terhadap ‘orang-orang China dan Asia’ di Australia.

China adalah mitra dagang Australia yang terbesar, tetapi kini ada gangguan dalam hubungan mereka. Seruan Australia baru-baru ini terkait penyelidikan internasional terhadap COVID-19, yang secara luas diduga berasal di Wuhan itu, telah menimbulkan kemarahan Beijing. Larangan dan tarif yang diberlakukan pada produk pertanian Australia dinilai oleh analis sebagai balasan oleh China, meskipun kedua belah pihak membantahnya. Kritikan lain juga ditujukan pada keputusan Australia awal Februari lalu yang melarang pelaku perjalanan dari China daratan masuk Australia, karena khawatir terhadap penyebaran virus tersebut. Sejak itu Australia menutup perbatasannya bagi semua warga asing.

Di tengah memburuknya hubungan bilateral yang terus berlanjut, pihak berwenang di Beijing mendesak para wisatawan China untuk tidak melakukan perjalanan ke Australia karena khawatir terhadap rasisme yang muncul sehubungan penyebaran virus corona, China menyebut adanya ‘peningkatan yang mengkhawatirkan’ dari sejumlah kekerasan terhadap orang-orang Asia.

Hal tersebut dibantah oleh para pejabat di Canberra.

Wakil Perdana Menteri Australia Michael McCormack mengemukakan, “Hal ini sebetulnya tidak penting karena praktis tidak ada perjalanan lagi antara China dan Australia. Menurut saya, Australia adalah negara yang terbuka bagi siapa saja. Kami menyadari fakta bahwa perdagangan dengan China mencapai 149,7 miliar dolar Australia [atau $104 miliar dolar AS]. Kami sadar bahwa kita perlu saling menghormati. Siapa pun dari China yang berada di Australia, silakan berada di sini.”

Namun, disana-sini ada kejadian yang menunjukkan warga Australia keturunan Tionghoa dan sejumlah imigran Asia lainnya mendapat perlakuan rasisme akibat pandemi COVID-19. Beberapa dari mereka menyatakan bertambahnya kebencian yang dihadapi baik secara online maupun yang terjadi di toko-toko sejak wabah virus itu merebak. Sejumlah video ponsel yang mendukung pun berdatangan atas beberapa dugaan perlakuan rasisme tersebut.

Seorang anak laki-laki keturunan Asia dilaporkan diintimidasi di sekolah di Australia oleh beberapa siswa lainnya yang menuntut dirinya diuji virus corona. Salah satu keluarga China mengatakan tiga kali dalam seminggu rumah mereka menjadi target rasisme di Melbourne.

Hubungan Canberra dengan China sudah tegang, bahkan sebelum pandemi COVID-19, akibat tuduhan campur tangan China dalam sejumlah urusan domestik Australia dan tindakan spionase dalam dunia siber.

Australia tidak menginginkan situasi itu semakin memburuk.

Pendapatan Australia dari pariwisata dan pendidikan sangat bergantung pada permintaan dari China. Pemberitahuan resmi yang mendesak warga China untuk menghindari perjalanan ke Australia itu dapat menimbulkan kerugian lebih banyak lagi pada dua sektor yang sebelumnya sudah terganggu akibat pandemi COVID-19. [mg/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG