Australia hari Kamis (5/1) menyatakan penyesalan dan menjanjikan penyelidikan yang menyeluruh atas materi pengajaran yang "menghina" yang ditemukan di pangkalan militer di bagian barat negara itu, yang membuat Indonesia menangguhkan hubungan pertahanan antara kedua negara tetangga.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) hari Rabu mengukuhkan telah menangguhkan kerjasama militer dengan Australia bulan Desember, sebuah keputusan yang awalnya dikatakan diambil secara independen oleh militer.
Namun Presiden Joko Widodo mengatakan Kamis ia telah memberi izin untuk menangguhkan hubungan-hubungan dan bahwa menteri pertahanan dan panglima TNI telah diminta untuk menyelidiki hal itu.
Hubungan militer kedua negara mencakup serangkaian aktivitas, mulai dari kerjasama kontraterorisme sampai perlindungan perbatasan.
Jakarta dan Canberra telah menghadapi hubungan militer yang tidak mulus dalam beberapa tahun terakhir, dan Australia menghentikan latihan-latihan gabungan dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) menyusul tuduhan-tuduhan pelanggaran oleh unit tersebut di Timor Timur tahun 1999, saat wilayah itu bersiap untuk merdeka.
Hubungan dipulihkan ketika kerjasama soal kontraterorisme menjadi sangat mendesak menyusul peristiwa Bom Bali tahun 2002 yang menewaskan 202 orang, termasuk 88 warga Australia.
Menteri Pertahanan Australia Marise Payne mengatakan Kamis penyelidikan mengenai bahan-bahan yang menyinggung yang ditemukan di Barak-barak Campbell di Perth, Australia barat, akan dilakukan "dalam waktu dekat."
"Kami telah menunjukkan penyesalan kami atas terjadinya hal ini dan bahwa ada pihak yang tersinggung. Saya kira itu pantas dilakukan ketika mitra signifikan menunjukkan keprihatinan terhadap kita," ujar Payne kepada wartawan di Sydney.
Australia akan memberikan temuan laporan kepada pemerintah dan militer Indonesia, kata Payne.
Payne menolak mengungkapkan secara pasti bahan yang menghina tersebut, meskipun media di Indonesia telah melaporkan bahwa seorang pejabat senior militer Indonesia yang mengikuti pelatihan di Australia merasa tersinggung dengan poster yang mempertanyakan kedaulatan Indonesia terhadap Papua.
Media juga melaporkan bahwa pejabat tersebut yang juga menemukan dokumen-dokumen yang mengolok-olok Pancasila.
"Kami tentu saja.. mengakui kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia dan ini posisi kami yang tegas dan kami nyatakan," ujar Payne.
Ia mengatakan materi-materi yang menghina telah dicabut dan bahwa semua dokumen pelatihan akan "sesuai budaya."
Indonesia terakhir menangguhkan hubungan militer dengan Australia tahun 2013 setelah terungkap bahwa mata-mata Australia telah menyadap ponsel presiden saat itu Susilo Bambang Yudhoyono.
Para pejabat Indonesia dan Australia menekankan bahwa hubungan-hubungan bilateral tidak dihentikan, tidak seperti 2013.
"Saya kira hubungan kami dengan Australia tetap dalam kondisi baik. Masalahnya harus diklarifikasikan terlebih dahulu pada level operasional agar situasi tidak memanas," ujar Presiden Joko Widodo kepada wartawan di Jakarta.
Australia memerlukan bantuan Indonesia untuk menegakkan kebijakan imigrasi yang termasuk mengusir kapal-kapal yang membawa para pencari suaka. Payne mengatakan "tidak ada indikasi" perubahan apa pun. [hd]