Seekor badak Sumatera tewas hanya sebulan setelah ditangkap oleh para ahli konservasi di Kalimantan, di mana hanya ada sedikit dari hewan itu yang masih bertahan.
Nyoman Iswarayoga, juru bicara untuk World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, mengatakan Rabu (6/4) bahwa badak betina tersebut, bernama Najaq, menderita infeksi parah dari luka yang diyakini diakibatkan oleh perangkap pemburu.
Najaq ditangkap pada 12 Maret, lima bulan setelah diidentifikasi oleh kamera-kamera di hutan. Para ahli konservasi telah melihat dua badak Sumatera lagi di Kalimantan tapi mereka yakin ada sekitar 15 ekor badak di sana.
Hanya sekitar 100 badak Sumatera yang masih ada, sebagian besar di Sumatera, dan sembilan ekor ada di tempat penampungan. Spesies itu ditemukan lagi di Kalimantan lewat jejak mereka tahun 2013.
Hewan ini terancam kepunahan karena perburuan culanya, yang digunakan dalam obat-obatan China tradisional, dan kerusakan habitat oleh petani, penebang hutan ilegal dan perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Nyoman mengatakan otopsi terhadap badak berusia 10 tahun itu, yang tewas hari Selasa, akan menentukan sebab kematian. [hd]