Jika bukan karena bulu tangkis, pebulu tangkis Brazil Ygor Coelho, mengatakan dia akan bernasib seperti kebanyakan temannya di favela atau kawasan-kawasan pemukiman kumuh Ibu Kota Rio – terjebak narkoba atau mati.
Tapi, pemain berusia 21 tahun yang selalu tersenyum itu, mencetak prestasi sebagai pebulu tangkis terbaik Amerika Selatan dan menjadi teladan bagi pemuda lainnya yang tumbuh di lingkungan keras.
Coelho memang kandas di putaran 16 besar World Championship di Nanjing, China, pada Kamis (3/8). Tapi kisahnya sudah sempat menarik perhatian dan banyak penggemar di China.
Dengan gerakan kaki seperti sedang menari samba, Coelho, yang menduduki peringkat 39 dunia, membuat kejutan dengan mengalahkan unggulan ke-11, HS Prannoy dari India, di laga Rabu (1/8).
Baca: Pebulu Tangkis Malaysia Dilarang Bertanding Selama 15, 20 Tahun
Di babak selanjutnya, Coelho harus menyerah 21-11, 21-17, di tangan pebulu tangkis Taiwan, Chou Tien-chen. Namun kekalahan itu tak menghapus senyum di wajahnya.
Coelho sering kali tidak percaya pada nasib baiknya, saat para penonton menyerukan namanya, perhatian dari media dan mendapatkan penghasilan dari bermain bulu tangkis.
Bahkan dia tidak pernah membayangkan bisa berbicara dalam bahasa Inggris. Kemampuan bahasa Inggris diwajibkan untuk mengikuti turnamen-turnamen internasional paling bergengsi.
Ketika ditanya AFP apa yang akan dia lakukan bila tidak bermain bulu tangkis, Coelho mengatakan “Ini pertanyaan sulit, tapi jelas bulu tangkis mengubah hidup saya.”
“Saya belajar bahasa Inggris, saya keliling dunia, saya mendapat pengalaman-pengalaman baik, teman-teman di seluruh dunia.”
Coelho sudah lama meninggalkan pemukiman kumuh Chacrinha tempat dia menghabiskan masa remaja di pinggiran arah barat Rio. Sekarang, Coelho berlatih dan bermukim di Perancis dan Denmark.
Namun tetap saja, tumbuh di komunitas yang dirusak oleh kekerasan akibat narkoba menjadi bagian terbesar identitasnya.
Baca juga: Lee Mundur dari World Championship, Asian Games
Gerakan kaki seperti menari samba terinspirasi dari ayahnya. Ayahnya percaya, untuk menjadi seorang pemain bulu tangkis yang baik, seorang atlet harus pertama kali menjadi penari yang baik.
Meski banyak yang tidak setuju, Coelho mengatakan pada Olimpiade 2016, dia menjadi pebulu tangkis putra Brazil pertama yang ikut kompetisi bulu tangkis. Dan itu sudah menarik perhatian hingga sekarang.
“Sekarang masyarakat makin sering mengikuti (bulu tangkis di Brazil) dan makin popular,” kata Coelho, yang sudah mengincar Olimpiade Tokyo 2020.
“Ketika saya masih anak-anak, saya membayangkan hal ini, tapi tidak pernah menyangka seperti ini.” [ft/au]